www.copyright2016 ronigirsang.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Template Information

Most View Product

Blogger templates

betme88.com - Berakhir 26 October 2012

Contact Online

Popular Posts

MAKALAH TENTANG VISUAL BASIC 6.0

MAKALAH
PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0



KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tuntutan pendidikan dewasa ini, yaitu sebuah makalah yang berjudul Pengenalan Visual Basic 6.0. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri sekarang bahwa setiap orang suatu ketika dihadapkan pada kenyataan untuk dapat mengerti apa program Visual Basic itu.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang program Visual Basic diperlukan petunjuk – petunjuk. Maka dari itu penulis menulis makalah ini agar dapat dipelajari oleh semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Nur Aminudin, S.Kom, selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Pemrograman Visual Basic.
2. Teman – teman yang membantu dan mendorong serta memberikan informasi yang sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini memenuhi persyaratan dan banyak manfaat bagi pemakai. Kepada semua pihak senantiasa diharapkan saran – saran dan petunjuk untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Pringsewu, 27 November 2010
Penulis,


DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii

BAB I PEMBAHASAN
1. Mengenal Visual Basic 6.0 1
2. Memulai Visual Basic 6.0 2
3. Tampilan awal Visual Basic 6.0 3
4. Lingkungan Kerja dan komponen Visual Basic 6.0 3

BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

BAB II
PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0

1. Mengenal Visual Basic
Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis grafis (GUI – Graphical User Interface). Visual Basic merupakan event-driven programming (pemrograman terkendali kejadian) artinya program menunggu sampai adanya respon dari pemakai berupa event/ kejadian tertentu (tombol diklik, menu dipilih, dan lain-lain). Ketika event terdeteksi, kode yang berhubungan dengan event (prosedur event) akan dijalankan.
Berikut ini adalah point-point penting dalam sejarah perkembangan Visual Basic, sebagai berikut :
1) Visual Basic pertama kali diperkenalkan tahun 1991.
2) Berikutnya dirilis Visual Basic 3.0 tahun 1993.
3) Visual Basic 4.0 dirilis pada akhir tahun 1995 (tambahan dukungan untuk aplikasi 32 bit).
4) Visual Basic terbaru adalah versi 6.0 yang dirilis pada akhir tahun 1998. Microsoft umumnya membuat tiga edisi Visual Basic yaitu : Standard Edition merupakan produk dasar. Profesional Edition berisi tambahan Microsoft Jet Data Access Engine (database) dan pembuatan server OLE automation. Enterprise Edition adalah edisi client-server. Jenis File Pada Visual Basic Proyek merupakan cikal bakal dari aplikasi dan terdiri dari beberapa file yang saling terkait satu sama lain, file-file tersebut mempunyai ekstensi yang berbeda-beda sesuai dengan isi dan fungsinya.

2. Memulai Visual Basic
Jika belum memiliki program Visual Basic Kita harus menginstalnya terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Masukan CD-ROM installer , buka isinya kemudian klik ganda pada setup.exe sehingga akan muncul kotak dialog yang pertama kemudian klik next.
2. Kotak dialog yang kedua akan muncul, baca agreement jika setuju klik I accept the agreement dan klik next.
3. Kotak dialog yang ketiga akan muncul, isikan nomor produk yang tertera pada VB6 klik next.
4. Kotak dialog yang keempat akan muncul, klik install Visual Basic 6 klik next, program InstallShield akan bekerja dan muncul kotak dialog kelima yang isinya tentang aturan hukum pembajakan ada aturan main yang harus disepakati bersama yaitu EULA(End User Lisence Agreement) perjanjian antara Microsoft dengan user, klik continue.
5. Kotak dialog yang keenam akan muncul, secara default VB6 akan membuat folder yang terletak C:\Program files\DevStudio\VB. klik ok.
6. Kotak dialog yang ketujuh akan muncul, menyediakan pilihan setup Typical atau Custom lalu klik ok, nama program VB6 secara default adalah Microsoft Visual Basic 6 lalu klik continue proses penyalinan hardisk dimuali pada langkah ini .
7. Setelah proses mencapai 100% akan muncul tampilan yang memberi tahu bahwa proses instalasi akan komplet. Klik ok, VB6 akan meminta untuk merestart windows agar hasil proses instalasi sesuai dengan rencana.
8. Klik tombol restart windows, lengkaplah proses instalasi VB6. Untuk melihat hasilnya, dari menu Start arahkan pointer ke Microsoft Visual Basic 6, maka akan tampil kelompok dari program Visual Basic 6.

Untuk menjalankan VB6 ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu :
1. Dari Menu Start pilih program – Microsoft Visual Studio 6 – lalu klik icon Visual basic 6
2. Klik ganda icon Visual Basic 6 pada Dekstop
3. Klik ganda ekstensi .MAK pada Window Eksplorer
4. Klik ganda file VB6.EXE pada Windows Eksplorer. File ini secara default terletak pada folder C:\Program files\Microsoft VisualStudio\VB98

3. Tampilan Awal Visual Basic
4. Lingkungan kerja dan komponen Visual Basic
1) Title Bar
Title bar merupakan batang jendela dari program Visual Basic 6.0 yang terletak pada bagian paling atas dari jendela program yang berfungsi untuk menampilkan judul atau nama jendela. Selain itu juga berfungsi untuk memindahkan posisi jendela dengan menggunakan drag and drop pada posisi title bar tersebut dan untuk mengatur ukuran jendela dari ukuran minimize ke ukuran restore ataupun sebaliknya dengan melakukan klik ganda pada posisi title bar tersebut.

2) Menu bar
terdiri dari 2 komponen yaitu menu bar dan title bar. Menu bar menampilkan menu yang berisi perintah-perintah pada VB, title bar akan menampilkan judul proyek VB yang sedang dikerjakan.

3) Toolbar
digunakan untuk mngakses menu yang ada dalam VB secara lebih cepat dan lebih mudah.

4) Toolbox
berisi kumpulan objek yang digunakan untuk membuat user interface serta pengontrolan bagi program yang dibuat. Objek yang terdapat dalam toolbox ini adalah control.

5) Project
Digunakan untuk mengelola file yang menyusun sebuah objek yang berisi daftar form, modul class dan file resource yang digunakan sebuah proyek.

6) Properties window
merupakan jendela yang digunakan untuk mengatur properties sebuah objek, dibagi dalam 2 bagian yaitu; Alphabetic dan Categorized.

7) Form Layout window
digunakan untuk mengatur tata letak form pada layar monitor.

8) immediate window
digunakan untuk mencoba beberapa instruksi program dan pada saat menguji program bisa digunakan sebagai window debug.

9) Form window
adalah lembar desain tampilan atau kanvas dari program yang dibuat. Form ini adalah tempat diletakannya kontrol-kontrol VB.

10) Code window
digunakan sebagai tempat untuk menuliskan atau menyunting program VB., terdiri dari 2 elemen, yaitu : Object Box dan Procedure List Box.

11) Event
Event adalah peristiwa atau kejadian yang diterima oleh suatu objek, misalnya klik, seret, tunjuk dan lain-lain. Event yang diterima objek akan memicu MS-Visual Basic menjalankan kode program yang ada di dalamnya. Contoh : Private Sub Command1_Click( ) Baris di atas menunjukkan penggunaan Event Click pada objek command1, maka baris-baris kode program di bawahnya akan dilaksanakan.

12) Method
Method adalah suatu set perintah seperti halnya fungsi dan prosedur, tetapi sudah tersedia di dalam suatu objek

13) Module
Module dapat disejajarkan dengan Form, Tetapi tidak mengandug Objek dan bentuk yang standar. Module dapat berisi beberapa kode program yang dapat digunaka dalam program aplikasi.


BAB II
PENUTUP

1. Kesimpulan
Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis grafis (GUI – Graphical User Interface). kemampuan Visual Basic untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam sistem operasi Windows dengan komponen ActiveX Control.

2. Saran
Kemajuan Visual Basic di masa mendatang diharapkan dapat membantu semua jenis pekerjaan manusia sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat karena di masa depan teknologi akan semakin canggih.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/books/1901179-pengenalan Visual Basic
Reference Manual, MICROSOFT BASIC-80 Version 5.0, Microsoft, 1980

About these ads

MAKALAH TENTANG VISUAL BASIC 6.0

MAKALAH
PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0



KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tuntutan pendidikan dewasa ini, yaitu sebuah makalah yang berjudul Pengenalan Visual Basic 6.0. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri sekarang bahwa setiap orang suatu ketika dihadapkan pada kenyataan untuk dapat mengerti apa program Visual Basic itu.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang program Visual Basic diperlukan petunjuk – petunjuk. Maka dari itu penulis menulis makalah ini agar dapat dipelajari oleh semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Nur Aminudin, S.Kom, selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Pemrograman Visual Basic.
2. Teman – teman yang membantu dan mendorong serta memberikan informasi yang sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini memenuhi persyaratan dan banyak manfaat bagi pemakai. Kepada semua pihak senantiasa diharapkan saran – saran dan petunjuk untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Pringsewu, 27 November 2010
Penulis,


DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii

BAB I PEMBAHASAN
1. Mengenal Visual Basic 6.0 1
2. Memulai Visual Basic 6.0 2
3. Tampilan awal Visual Basic 6.0 3
4. Lingkungan Kerja dan komponen Visual Basic 6.0 3

BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

BAB II
PENGENALAN VISUAL BASIC 6.0

1. Mengenal Visual Basic
Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis grafis (GUI – Graphical User Interface). Visual Basic merupakan event-driven programming (pemrograman terkendali kejadian) artinya program menunggu sampai adanya respon dari pemakai berupa event/ kejadian tertentu (tombol diklik, menu dipilih, dan lain-lain). Ketika event terdeteksi, kode yang berhubungan dengan event (prosedur event) akan dijalankan.
Berikut ini adalah point-point penting dalam sejarah perkembangan Visual Basic, sebagai berikut :
1) Visual Basic pertama kali diperkenalkan tahun 1991.
2) Berikutnya dirilis Visual Basic 3.0 tahun 1993.
3) Visual Basic 4.0 dirilis pada akhir tahun 1995 (tambahan dukungan untuk aplikasi 32 bit).
4) Visual Basic terbaru adalah versi 6.0 yang dirilis pada akhir tahun 1998. Microsoft umumnya membuat tiga edisi Visual Basic yaitu : Standard Edition merupakan produk dasar. Profesional Edition berisi tambahan Microsoft Jet Data Access Engine (database) dan pembuatan server OLE automation. Enterprise Edition adalah edisi client-server. Jenis File Pada Visual Basic Proyek merupakan cikal bakal dari aplikasi dan terdiri dari beberapa file yang saling terkait satu sama lain, file-file tersebut mempunyai ekstensi yang berbeda-beda sesuai dengan isi dan fungsinya.

2. Memulai Visual Basic
Jika belum memiliki program Visual Basic Kita harus menginstalnya terlebih dahulu. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Masukan CD-ROM installer , buka isinya kemudian klik ganda pada setup.exe sehingga akan muncul kotak dialog yang pertama kemudian klik next.
2. Kotak dialog yang kedua akan muncul, baca agreement jika setuju klik I accept the agreement dan klik next.
3. Kotak dialog yang ketiga akan muncul, isikan nomor produk yang tertera pada VB6 klik next.
4. Kotak dialog yang keempat akan muncul, klik install Visual Basic 6 klik next, program InstallShield akan bekerja dan muncul kotak dialog kelima yang isinya tentang aturan hukum pembajakan ada aturan main yang harus disepakati bersama yaitu EULA(End User Lisence Agreement) perjanjian antara Microsoft dengan user, klik continue.
5. Kotak dialog yang keenam akan muncul, secara default VB6 akan membuat folder yang terletak C:\Program files\DevStudio\VB. klik ok.
6. Kotak dialog yang ketujuh akan muncul, menyediakan pilihan setup Typical atau Custom lalu klik ok, nama program VB6 secara default adalah Microsoft Visual Basic 6 lalu klik continue proses penyalinan hardisk dimuali pada langkah ini .
7. Setelah proses mencapai 100% akan muncul tampilan yang memberi tahu bahwa proses instalasi akan komplet. Klik ok, VB6 akan meminta untuk merestart windows agar hasil proses instalasi sesuai dengan rencana.
8. Klik tombol restart windows, lengkaplah proses instalasi VB6. Untuk melihat hasilnya, dari menu Start arahkan pointer ke Microsoft Visual Basic 6, maka akan tampil kelompok dari program Visual Basic 6.

Untuk menjalankan VB6 ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu :
1. Dari Menu Start pilih program – Microsoft Visual Studio 6 – lalu klik icon Visual basic 6
2. Klik ganda icon Visual Basic 6 pada Dekstop
3. Klik ganda ekstensi .MAK pada Window Eksplorer
4. Klik ganda file VB6.EXE pada Windows Eksplorer. File ini secara default terletak pada folder C:\Program files\Microsoft VisualStudio\VB98

3. Tampilan Awal Visual Basic
4. Lingkungan kerja dan komponen Visual Basic
1) Title Bar
Title bar merupakan batang jendela dari program Visual Basic 6.0 yang terletak pada bagian paling atas dari jendela program yang berfungsi untuk menampilkan judul atau nama jendela. Selain itu juga berfungsi untuk memindahkan posisi jendela dengan menggunakan drag and drop pada posisi title bar tersebut dan untuk mengatur ukuran jendela dari ukuran minimize ke ukuran restore ataupun sebaliknya dengan melakukan klik ganda pada posisi title bar tersebut.

2) Menu bar
terdiri dari 2 komponen yaitu menu bar dan title bar. Menu bar menampilkan menu yang berisi perintah-perintah pada VB, title bar akan menampilkan judul proyek VB yang sedang dikerjakan.

3) Toolbar
digunakan untuk mngakses menu yang ada dalam VB secara lebih cepat dan lebih mudah.

4) Toolbox
berisi kumpulan objek yang digunakan untuk membuat user interface serta pengontrolan bagi program yang dibuat. Objek yang terdapat dalam toolbox ini adalah control.

5) Project
Digunakan untuk mengelola file yang menyusun sebuah objek yang berisi daftar form, modul class dan file resource yang digunakan sebuah proyek.

6) Properties window
merupakan jendela yang digunakan untuk mengatur properties sebuah objek, dibagi dalam 2 bagian yaitu; Alphabetic dan Categorized.

7) Form Layout window
digunakan untuk mengatur tata letak form pada layar monitor.

8) immediate window
digunakan untuk mencoba beberapa instruksi program dan pada saat menguji program bisa digunakan sebagai window debug.

9) Form window
adalah lembar desain tampilan atau kanvas dari program yang dibuat. Form ini adalah tempat diletakannya kontrol-kontrol VB.

10) Code window
digunakan sebagai tempat untuk menuliskan atau menyunting program VB., terdiri dari 2 elemen, yaitu : Object Box dan Procedure List Box.

11) Event
Event adalah peristiwa atau kejadian yang diterima oleh suatu objek, misalnya klik, seret, tunjuk dan lain-lain. Event yang diterima objek akan memicu MS-Visual Basic menjalankan kode program yang ada di dalamnya. Contoh : Private Sub Command1_Click( ) Baris di atas menunjukkan penggunaan Event Click pada objek command1, maka baris-baris kode program di bawahnya akan dilaksanakan.

12) Method
Method adalah suatu set perintah seperti halnya fungsi dan prosedur, tetapi sudah tersedia di dalam suatu objek

13) Module
Module dapat disejajarkan dengan Form, Tetapi tidak mengandug Objek dan bentuk yang standar. Module dapat berisi beberapa kode program yang dapat digunaka dalam program aplikasi.


BAB II
PENUTUP

1. Kesimpulan
Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis grafis (GUI – Graphical User Interface). kemampuan Visual Basic untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam sistem operasi Windows dengan komponen ActiveX Control.

2. Saran
Kemajuan Visual Basic di masa mendatang diharapkan dapat membantu semua jenis pekerjaan manusia sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat karena di masa depan teknologi akan semakin canggih.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/books/1901179-pengenalan Visual Basic
Reference Manual, MICROSOFT BASIC-80 Version 5.0, Microsoft, 1980

About these ads

Tentang visual Basic

Penjelasan Tentang Visual Basic



Sekilas Tentang Visual Basic
Visual BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code) merupakan Bahasa pemrograman Integrated Development Environment (IDE), yaitu bahasa pemrograman visual yang digunakan untuk membuat program aplikasi atau software berbasis sistem operasi Microsoft Windows, dengan menggunakan model pemrograman "Common Object Model (COM)".
visual basic merupakan turunan bahasa pemrograman BASIC yang menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer bebasis grafik dengan cepat. Dengan menggunakan bahasa pemrograman VB, para progammer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang di sediakan VB...
Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman (COM), Visual Basic merupakan turunan bahasa pemrograman BASIC dan menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer berbasis grafik dengan cepat, Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda.[1] Para programmer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic Program-program yang ditulis dengan Visual Basic juga dapat menggunakan Windows API, tapi membutuhkan deklarasi fungsi luar tambahan.[1] Dalam pemrograman untuk bisnis, Visual Basic memiliki pangsa pasar yang sangat luas.[1]Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005, 62% pengembang perangkat lunak dilaporkan menggunakan berbagai bentuk Visual Basic, yang diikuti oleh C++, JavaScript, C#, dan Java.
Perkembangan Visual Basic VB 1.0 dikenalkan pada tahun 1991, pendekatan yg dilakukan untuk menghubungkan bahasa pemrograman dengan GUI berasal dari prototype yg dikembang oleh “Alan Cooper” yg di sebut TRIPOD, Kemudian Microsoft mengontrak copper dan asosiasinya utk mengembangkan tripod agar dapat digunakan di windows 3.0 dibawah nama kode Ruby.[3] Berikut Perjalanan Visual Basic (VB 1.0 Sampai VB 8) :[1] Perjalanan dari Visual Basic (VB1 to VB 10):[4]
1.Proyek “Thunder” dirintis
2. Visual Basic 1.0 (May 1991) di rilis untuk windows pada COMDEX/Windows Wordltrade yg dipertunjukan di Atlanta , Georgia
3. Visual Basic 1.0 untuk DOS dirilis pada bulan September 1992. Bahasa ini tidak kompatibel dengan Visual Basic For Windows. VB 1.0 for DOS ini pada kenyataaanya merupakan versi kelanjutan dari compiler BASIC, QuickBasic dan BASIC Professional Development System.
4. Visual Basic 2.0 dirilis pada November 1992, Cakupan pemrogramannya cukup mudah untuk digunakan dan kecepatannya juga telah di modifikasi. Khususnya pada Form yg menjadikan object dapat dibuat secara seketika, serta konsep dasar dari Class modul yg berikutnya di implementasikan pada VB 4.
5. Visual Basic 3.0 , dirilis pada musim panas 1993 dan dibagi menjadi versi standard dan professional. VB 3 memasukan Versi 1.1 dari Microsoft Jet Database Engine yg dapat membaca serta menulis database Jet (atau access) 1.x
6. Visual Basic 4.0 (Agustus 1995) merupakan versi pertama yg dapat membuat windows program 32 bit sebaik versi 16 bit nya. VB 4 juga memperkenalkan kemampuan untuk menulis non-GUI class pada Visual Basic
7. Visual Basic 5.0 (February 1997), Microsoft merilis secara eksklusif Visual basic untuk versi windows 32 bit . Programmer yg menulis programnya pada versi 16 bit dapat dengan mudah melakukan import porgramnya dari VB4 ke VB5. dan juga sebaliknya, program VB5 dapat diimport menjadi VB4. VB 5 memperkenalakan kemampuan untuk membuat User Control.
8. Visual Basic 6.0 (pertengahan 1998) memperbaiki beberapa cakupan, temasuk kemapuannya untuk membuat Aplikasi Web-based . Visual Basic 6 di jadwalkan akan memasuki Microsoft “fasa non Supported” dimulai pada maret 2008.
Pemrograman Berorientasi Objek (OOP) Visual Basic merupakan bahasa yang mendukung Pemrograman berorientasi objek , namun tidak sepenuhnya, Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module, Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu. Visual Basic (VB) tidak bersifat case sensitif.
Desain Visual dan Komponen Visual Basic menjadi populer karena kemudahan desain form secara visual dan adanya kemampuan untuk menggunakan komponen-komponen ActiveX yang dibuat oleh pihak lain.[4] Namun komponen ActiveX memiliki masalahnya tersendiri yang dikenal sebagai DLL hell,Pada Visual Basic .NET, Microsoft mencoba mengatasi masalah DLL hell dengan mengubah cara penggunaan komponen.
FUNGSI DAN KEGUNAAN VISUAL BASIC
Microsoft Visual Basic for Applications (VBA) adalah sebuah turunan bahasa pemrogramanVisual Basic yang dikembangkan oleh Microsoft dan dirilis pada tahun 1993, atau kombinasi yang terintegrasi antara lingkungan pemrograman(Visual Basic Editor)dengan bahasa pemrograman(Visual Basic)yang memudahkan user untuk mendesain dan membangun program Visual Basic dalam aplikasi utama Microsoft Office, yang ditujukan untuk aplikasi-aplikasi tertentu. VBA didesain untuk melakukan beberapa tugas, seperti halnya mengkustomisasi sebuah aplikasi laiknya Microsoft Office atau Microsoft Visual Studio. Kegunaan VBA adalah mengotomatisasi pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan pekerjaan yang kompleks. VBA berbeda dengan Microsoft Visual Basic, Microsoft Visual Basic memberi banyak pemrograman dan fungsi tingkat lanjut hingga Microsoft Visual Basic dapat dihasilkan program yang lebih kompleks untuk sistem operasi Microsoft Windows maupun Office. Sedangkan VBA hanya dapat dibangun pada aplikasi utama Microsoft Office mengendalikan fungsi aplikasi tersebut melakukan serangkaian objek terprogram. Versi VBA terbaru saat ini adalah versi 6.3 yang dirilis pada tahun 2001, yang mendukung semua program dalam Microsoft Office, yakniMicrosoft ExcelMicrosoft AccessMicrosoft WordMicrosoft OutlookMicrosoft FrontPage, sertaMicrosoft PowerPoint dan juga Microsoft Visual Studio.
Kemampuan dan Manfaat VB (Visual Basic)
Sekilas Mengenai Microsoft Visual Basic 6
1.1.1 Apa itu Visual Basic?
Siapapun yang bergerak di bidang komputer pasti pernah mendengar tentang Visual Basic, baik di sekolah, perkuliahan, kantor, maupun lewat iklan-iklan lowongan pekerjaan. Tapi mungkin bagi Anda belum mengetahui apa itu sebenarnya Visual Basic. Visual Basic pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual Basic kini sekan-akan menjadi “Kiblat” bagi para Software developer, dan menjadi salah satu bahasa yang wajib dipelajari oleh berbagai kalangan, jika mereka ingin sukses di dunia komputer.
Visual Basic (yang sering juga disebut VB) selain itu disebut sebuah bahasa pemrograman, juga sering disebut sebagai sarana (tool) untuk menghasilkan perogram-program aplikasi berbasiskan Windows. beberapa kemampuan atau manfaat dari Visual Basic di antaranya seperti:
• untuk membuat program berbasis windows.
• untuk membuat objek-objek pembantu program sepert misalnya kontrol ActiveX, file help, aplikasi internet, dan seagainya.
• menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir ber-ekstensi EXE yang bersifat executable, atau dapat langsung dijalankan.
1.1.2 Apa Visual Basic itu Sulit?
Visual Basic adalah bahasa yang sebenarnya cukup mudah untuk dipelajari. Bagi programmer, pemula yang baru ingin belajar program, lingkungan Visual Basic dapat membantu membuat program berbasis windows dengan sekejap mata. Sedang bagi programmer tingkat lanjut, kemampuannya yang besar dapat digunakan untuk membuat program-program yang kompleks, misalnya seperti dalam lingkungan networking atau client-server.
Untungnya, bahasa Visual Basic cukup sederhana dan menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang umum digunakan. Anda pun tidak perlu lagi menghafal sintaks-sintaks maupun format-format bahasa yang bermacam-macam. Di dalam Visual Basic semuanya telah disediakan dalam pilihan-pilihan yang tinggal diambil sesuai kebutuhan. Selain itu, sarana pengembangannya yang bersifat memudahkan Anda untuk mengembangkan program aplikasi berbasis Windows, bersifat mouse-driven (digerakan dengan mouse), dan berdaya guna tinggi.
Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman paling terkenal tetapi juga paling mudah dan menyenangkan. Walaupun Anda tidak memiliki keahlian pemrograman sebelumnya, jika Anda mampu menjelajahi Windows dengan baik, Anda akan segera dapat dengan mudah mengembangkan aplikasi dengan Visual Basic. Bahkan keahlian dasar yang dibutuhkan di dalam Visual Basic hanyalah mengklik mouse, mengatur jendela, dan memilih-milih menu saja.
Kesimpulannya, Visual Basic adalah sebuah sarana pembuat program yang lengkap namun mudah. Siapapun yang bisa menggunakan Windows, ia pasti bisa membuat program dengan Visual Basic. Anda hanya perlu tahu cara penggunaan mouse, memanipulasi jendela, serta logika pemrgraman untuk membuat sebuah aplikasi Visual Basic.
1.1.3 Apa Hubungan Visual Basic dengan BASIC?
Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya; apakah kata Basic pada Visual Basic diambil dari kata BASIC yang merupakan bahasa pemrograman juga? Jawabannya adalah benar. Memang Visual basic merupakan sebuah pengembangan terakhir dari bahasa BASIC.
BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code) adalah sebuah bahasa pemrograman “kuno” yang merupakanawal dari bahasa-bahasa pemrograman tingkat tinggi lainnya. BASIC dirancang tahun 1950-an dan ditujukan untuk dapat digunakan oleh para programmer pemula. Biasanya BASIC diajarkan untuk para pelajar sekolah menengah yang baru mengenal komputer, serta digunakan untuk mengembangkan program-program “cepat saji” yang ringan dan menyenangkan. Walaupun begitu, peran BASIC lebih dari sekadar itu saja. Banyak para programmer andal saat ini memulai karirnya dengan mempelajari BASIC
Visual Basic masih tetap mempertahankan beberapa sintaks atau format penulisan program yang pernah dipakai oleh BASIC. Microsoft sengaja tidak melupakan nenek moyang dari bahasa Visual Basic ini, karena di dalamya juga sudah mengandung kaidah-kaidah pemrograman yang cukup andal. Lalu apakah kita harus mempeljari bahasa BASIC dulu sebelum ingin menguasai Visual Basic? Bisa ya, bisa tidak. Visual basic dapat dikuasai oleh siapa saja, bahkan yang belum pernah belajar bahasa pemrograman apapun sebelumya. Tetapi jika Anda ingin mendalami secara serius pemrograman Visual Basic, tidak ada salahnya jika Anda juga sedikit mempelajari BASIC ini.
1.2 Keistimewaan Visual Basic
Sejak dikembangkan pada tahun 80-an, Visual Basic, kini telah mencapai versinya yang ke-6. Beberapa keistimewaan utama dari Visual Basic 6 ini di anaranya seperti:
• Menggunakan platform pembuatan rogram yang diberi nama Developer Studio, yang memiliki tampilan dan sarana yang sama dengan C++ dan Visual J++. Dengan bagitu Anda dapat bermigrasi atau belajar bahasa pemrograman lainnya dengan mudah dan cepat, tanpa harus belajar dari nol lagi.
• Memiliki compiler andal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya.
• Memiliki beberapa tambahan sarana Wizard yang baru. Wizard adalah sarana yang mempermudah di dalam pembuatan aplikasi dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu.
• Tambahan kontrol-kontrol baru yang lebih canggih serta peningkatan kaidah struktur bahasa Visual Basic
• Kemampuan membuat ActiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak
• Sarana akses data yang lebih cepat dan andal untuk membuat aplikasi database yang berkemampuan tinggi
• Visual Basic 6 memiliki beberapa versi atau edisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.

Penjelasan Tentang Visual Basic



Sekilas Tentang Visual Basic
Visual BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code) merupakan Bahasa pemrograman Integrated Development Environment (IDE), yaitu bahasa pemrograman visual yang digunakan untuk membuat program aplikasi atau software berbasis sistem operasi Microsoft Windows, dengan menggunakan model pemrograman "Common Object Model (COM)".
visual basic merupakan turunan bahasa pemrograman BASIC yang menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer bebasis grafik dengan cepat. Dengan menggunakan bahasa pemrograman VB, para progammer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang di sediakan VB...
Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman (COM), Visual Basic merupakan turunan bahasa pemrograman BASIC dan menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer berbasis grafik dengan cepat, Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda.[1] Para programmer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic Program-program yang ditulis dengan Visual Basic juga dapat menggunakan Windows API, tapi membutuhkan deklarasi fungsi luar tambahan.[1] Dalam pemrograman untuk bisnis, Visual Basic memiliki pangsa pasar yang sangat luas.[1]Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005, 62% pengembang perangkat lunak dilaporkan menggunakan berbagai bentuk Visual Basic, yang diikuti oleh C++, JavaScript, C#, dan Java.
Perkembangan Visual Basic VB 1.0 dikenalkan pada tahun 1991, pendekatan yg dilakukan untuk menghubungkan bahasa pemrograman dengan GUI berasal dari prototype yg dikembang oleh “Alan Cooper” yg di sebut TRIPOD, Kemudian Microsoft mengontrak copper dan asosiasinya utk mengembangkan tripod agar dapat digunakan di windows 3.0 dibawah nama kode Ruby.[3] Berikut Perjalanan Visual Basic (VB 1.0 Sampai VB 8) :[1] Perjalanan dari Visual Basic (VB1 to VB 10):[4]
1.Proyek “Thunder” dirintis
2. Visual Basic 1.0 (May 1991) di rilis untuk windows pada COMDEX/Windows Wordltrade yg dipertunjukan di Atlanta , Georgia
3. Visual Basic 1.0 untuk DOS dirilis pada bulan September 1992. Bahasa ini tidak kompatibel dengan Visual Basic For Windows. VB 1.0 for DOS ini pada kenyataaanya merupakan versi kelanjutan dari compiler BASIC, QuickBasic dan BASIC Professional Development System.
4. Visual Basic 2.0 dirilis pada November 1992, Cakupan pemrogramannya cukup mudah untuk digunakan dan kecepatannya juga telah di modifikasi. Khususnya pada Form yg menjadikan object dapat dibuat secara seketika, serta konsep dasar dari Class modul yg berikutnya di implementasikan pada VB 4.
5. Visual Basic 3.0 , dirilis pada musim panas 1993 dan dibagi menjadi versi standard dan professional. VB 3 memasukan Versi 1.1 dari Microsoft Jet Database Engine yg dapat membaca serta menulis database Jet (atau access) 1.x
6. Visual Basic 4.0 (Agustus 1995) merupakan versi pertama yg dapat membuat windows program 32 bit sebaik versi 16 bit nya. VB 4 juga memperkenalkan kemampuan untuk menulis non-GUI class pada Visual Basic
7. Visual Basic 5.0 (February 1997), Microsoft merilis secara eksklusif Visual basic untuk versi windows 32 bit . Programmer yg menulis programnya pada versi 16 bit dapat dengan mudah melakukan import porgramnya dari VB4 ke VB5. dan juga sebaliknya, program VB5 dapat diimport menjadi VB4. VB 5 memperkenalakan kemampuan untuk membuat User Control.
8. Visual Basic 6.0 (pertengahan 1998) memperbaiki beberapa cakupan, temasuk kemapuannya untuk membuat Aplikasi Web-based . Visual Basic 6 di jadwalkan akan memasuki Microsoft “fasa non Supported” dimulai pada maret 2008.
Pemrograman Berorientasi Objek (OOP) Visual Basic merupakan bahasa yang mendukung Pemrograman berorientasi objek , namun tidak sepenuhnya, Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module, Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu. Visual Basic (VB) tidak bersifat case sensitif.
Desain Visual dan Komponen Visual Basic menjadi populer karena kemudahan desain form secara visual dan adanya kemampuan untuk menggunakan komponen-komponen ActiveX yang dibuat oleh pihak lain.[4] Namun komponen ActiveX memiliki masalahnya tersendiri yang dikenal sebagai DLL hell,Pada Visual Basic .NET, Microsoft mencoba mengatasi masalah DLL hell dengan mengubah cara penggunaan komponen.
FUNGSI DAN KEGUNAAN VISUAL BASIC
Microsoft Visual Basic for Applications (VBA) adalah sebuah turunan bahasa pemrogramanVisual Basic yang dikembangkan oleh Microsoft dan dirilis pada tahun 1993, atau kombinasi yang terintegrasi antara lingkungan pemrograman(Visual Basic Editor)dengan bahasa pemrograman(Visual Basic)yang memudahkan user untuk mendesain dan membangun program Visual Basic dalam aplikasi utama Microsoft Office, yang ditujukan untuk aplikasi-aplikasi tertentu. VBA didesain untuk melakukan beberapa tugas, seperti halnya mengkustomisasi sebuah aplikasi laiknya Microsoft Office atau Microsoft Visual Studio. Kegunaan VBA adalah mengotomatisasi pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan pekerjaan yang kompleks. VBA berbeda dengan Microsoft Visual Basic, Microsoft Visual Basic memberi banyak pemrograman dan fungsi tingkat lanjut hingga Microsoft Visual Basic dapat dihasilkan program yang lebih kompleks untuk sistem operasi Microsoft Windows maupun Office. Sedangkan VBA hanya dapat dibangun pada aplikasi utama Microsoft Office mengendalikan fungsi aplikasi tersebut melakukan serangkaian objek terprogram. Versi VBA terbaru saat ini adalah versi 6.3 yang dirilis pada tahun 2001, yang mendukung semua program dalam Microsoft Office, yakniMicrosoft ExcelMicrosoft AccessMicrosoft WordMicrosoft OutlookMicrosoft FrontPage, sertaMicrosoft PowerPoint dan juga Microsoft Visual Studio.
Kemampuan dan Manfaat VB (Visual Basic)
Sekilas Mengenai Microsoft Visual Basic 6
1.1.1 Apa itu Visual Basic?
Siapapun yang bergerak di bidang komputer pasti pernah mendengar tentang Visual Basic, baik di sekolah, perkuliahan, kantor, maupun lewat iklan-iklan lowongan pekerjaan. Tapi mungkin bagi Anda belum mengetahui apa itu sebenarnya Visual Basic. Visual Basic pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual Basic kini sekan-akan menjadi “Kiblat” bagi para Software developer, dan menjadi salah satu bahasa yang wajib dipelajari oleh berbagai kalangan, jika mereka ingin sukses di dunia komputer.
Visual Basic (yang sering juga disebut VB) selain itu disebut sebuah bahasa pemrograman, juga sering disebut sebagai sarana (tool) untuk menghasilkan perogram-program aplikasi berbasiskan Windows. beberapa kemampuan atau manfaat dari Visual Basic di antaranya seperti:
• untuk membuat program berbasis windows.
• untuk membuat objek-objek pembantu program sepert misalnya kontrol ActiveX, file help, aplikasi internet, dan seagainya.
• menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir ber-ekstensi EXE yang bersifat executable, atau dapat langsung dijalankan.
1.1.2 Apa Visual Basic itu Sulit?
Visual Basic adalah bahasa yang sebenarnya cukup mudah untuk dipelajari. Bagi programmer, pemula yang baru ingin belajar program, lingkungan Visual Basic dapat membantu membuat program berbasis windows dengan sekejap mata. Sedang bagi programmer tingkat lanjut, kemampuannya yang besar dapat digunakan untuk membuat program-program yang kompleks, misalnya seperti dalam lingkungan networking atau client-server.
Untungnya, bahasa Visual Basic cukup sederhana dan menggunakan kata-kata bahasa Inggris yang umum digunakan. Anda pun tidak perlu lagi menghafal sintaks-sintaks maupun format-format bahasa yang bermacam-macam. Di dalam Visual Basic semuanya telah disediakan dalam pilihan-pilihan yang tinggal diambil sesuai kebutuhan. Selain itu, sarana pengembangannya yang bersifat memudahkan Anda untuk mengembangkan program aplikasi berbasis Windows, bersifat mouse-driven (digerakan dengan mouse), dan berdaya guna tinggi.
Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman paling terkenal tetapi juga paling mudah dan menyenangkan. Walaupun Anda tidak memiliki keahlian pemrograman sebelumnya, jika Anda mampu menjelajahi Windows dengan baik, Anda akan segera dapat dengan mudah mengembangkan aplikasi dengan Visual Basic. Bahkan keahlian dasar yang dibutuhkan di dalam Visual Basic hanyalah mengklik mouse, mengatur jendela, dan memilih-milih menu saja.
Kesimpulannya, Visual Basic adalah sebuah sarana pembuat program yang lengkap namun mudah. Siapapun yang bisa menggunakan Windows, ia pasti bisa membuat program dengan Visual Basic. Anda hanya perlu tahu cara penggunaan mouse, memanipulasi jendela, serta logika pemrgraman untuk membuat sebuah aplikasi Visual Basic.
1.1.3 Apa Hubungan Visual Basic dengan BASIC?
Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya; apakah kata Basic pada Visual Basic diambil dari kata BASIC yang merupakan bahasa pemrograman juga? Jawabannya adalah benar. Memang Visual basic merupakan sebuah pengembangan terakhir dari bahasa BASIC.
BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code) adalah sebuah bahasa pemrograman “kuno” yang merupakanawal dari bahasa-bahasa pemrograman tingkat tinggi lainnya. BASIC dirancang tahun 1950-an dan ditujukan untuk dapat digunakan oleh para programmer pemula. Biasanya BASIC diajarkan untuk para pelajar sekolah menengah yang baru mengenal komputer, serta digunakan untuk mengembangkan program-program “cepat saji” yang ringan dan menyenangkan. Walaupun begitu, peran BASIC lebih dari sekadar itu saja. Banyak para programmer andal saat ini memulai karirnya dengan mempelajari BASIC
Visual Basic masih tetap mempertahankan beberapa sintaks atau format penulisan program yang pernah dipakai oleh BASIC. Microsoft sengaja tidak melupakan nenek moyang dari bahasa Visual Basic ini, karena di dalamya juga sudah mengandung kaidah-kaidah pemrograman yang cukup andal. Lalu apakah kita harus mempeljari bahasa BASIC dulu sebelum ingin menguasai Visual Basic? Bisa ya, bisa tidak. Visual basic dapat dikuasai oleh siapa saja, bahkan yang belum pernah belajar bahasa pemrograman apapun sebelumya. Tetapi jika Anda ingin mendalami secara serius pemrograman Visual Basic, tidak ada salahnya jika Anda juga sedikit mempelajari BASIC ini.
1.2 Keistimewaan Visual Basic
Sejak dikembangkan pada tahun 80-an, Visual Basic, kini telah mencapai versinya yang ke-6. Beberapa keistimewaan utama dari Visual Basic 6 ini di anaranya seperti:
• Menggunakan platform pembuatan rogram yang diberi nama Developer Studio, yang memiliki tampilan dan sarana yang sama dengan C++ dan Visual J++. Dengan bagitu Anda dapat bermigrasi atau belajar bahasa pemrograman lainnya dengan mudah dan cepat, tanpa harus belajar dari nol lagi.
• Memiliki compiler andal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya.
• Memiliki beberapa tambahan sarana Wizard yang baru. Wizard adalah sarana yang mempermudah di dalam pembuatan aplikasi dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu.
• Tambahan kontrol-kontrol baru yang lebih canggih serta peningkatan kaidah struktur bahasa Visual Basic
• Kemampuan membuat ActiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak
• Sarana akses data yang lebih cepat dan andal untuk membuat aplikasi database yang berkemampuan tinggi
• Visual Basic 6 memiliki beberapa versi atau edisi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.

ARTI ULOS BATAK



Archive for the ‘BATAK’ Category
Posted: 16/03/2011 in BATAK
0
1. HASIL PERADABAN
Ulos (lembar kain tenunan khas tradisional Batak) pada hakikatnya adalah hasil peradaban masyarakat Batak pada kurun waktu tertentu. Menurut catatan beberapa ahli ulos (baca: tekstil) sudah dikenal masyarakat Batak pada abad ke-14 sejalan dengan masuknya alat tenun tangan dari India. Hal itu dapat diartikan sebelum masuknya
alat tenun ke Tanah Batak masyarakat Batak belum mengenal ulos (tekstil). Itu artinya belum juga ada budaya memberi-menerima ulos (mangulosi). Kenapa? Karena nenek-moyang orang Batak masih mengenakan cawat kulit kayu atau tangki. Pertanyaan: lantas apakah yang diberikan hula-hula kepada boru pada jaman sebelum masyarakat Batak mengenal alat tenun dan tekstil tersebut?
Pertanyaan itu hendak menyadarkan komunitas Kristen-Batak untuk menempatkan ulos pada proporsinya. Ulos pada hakikatnya adalah hasil sebuah tingkat peradaban dalam suatu kurun sejarah. Ulos pada awalnya adalah pakaian sehari-hari masyarakat Batak sebelum datangnya pengaruh Barat. Perempuan Batak yang belum menikah melilitkannya di atas dada sedangkan perempuan yang sudah menikah dan punya anak atau laki-laki cukup melilitkannya di bawah dada (buha baju). Ulos juga dipakai untuk mendukung anak (parompa), selendang (sampe-sampe) dan selimut (ulos) di malam hari atau di saat kedinginan.
Dalam perkembangan sejarah nenek-moyang orang Batak mengangkat kostum atau tekstil (pakaian) sehari-hari ini menjadi simbol dan medium pemberian hula-hula kepada boru (pihak yang lebih dihormat kepada pihak yang lebih menghormat).
2. MAKNA AWAL
Secara spesifik pada masa pra-kekeristenan ulos atau tekstil sehari-hari itu dijadikan medium (perantara) pemberian berkat (pasu-pasu) dari mertua kepada menantu/ anak perempuan, kakek/nenek kepada cucu, paman (tulang) kepada bere, raja kepada rakyat. Sambil menyampaikan ulos pihak yang dihormati ini menyampaikan kata-kata berupa berkat (umpasa) dan pesan (tona) untuk menghangatkan jiwa si penerima. Ulos sebagai simbol kehangatan ini bermakna sangat kuat, mengingat kondisi Tanah Batak yang dingin. Dua lagi simbol kehangatan adalah: matahari dan api.
Bagi nenek-moyang Batak yang pra-Kristen selain ulos itu an sich yang memang penting, juga kata-kata (berkat atau pesan) yang ingin disampaikan melalui medium ulos itu. Kita juga mencatat secara kreatif nenek-moyang Batak juga menciptakan istilah ulos na so ra buruk (ulos yang tidak bisa lapuk), yaitu tanah atau sawah. Pada keadaan tertentu hula-hula dapat juga memberi sebidang tanah atau ulos yang tidak dapat lapuk itu kepada borunya. Selain itu juga dikenal istilah ulos na tinonun sadari (ulos yang ditenun dalam sehari) yaitu uang yang fungsinya dianggap sama dengan ulos.
Ulos yang panjangnya bisa mencapai kurang lebih 2 meter dengan lebar 70 cm (biasanya disambung agar dapat dipergunakan untuk melilit tubuh) ditenun dengan tangan. Waktu menenunnya bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan tergantung tingkat kerumitan motif. Biasanya para perempuan menenun ulos itu di bawah kolong rumah. Sebagaimana kebiasaan jaman dahulu mungkin saja para penenun pra-Kristen memiliki ketentuan khusus menenun yang terkait dengan kepercayaan lama mereka. Itu tidak mengherankan kita, sebab bukan cuma menenun yang terkait dengan agama asli Batak, namun seluruh even atau kegiatan hidup Batak pada jaman itu. (Yaitu: membangun rumah, membuat perahu, menanam padi, berdagang, memungut rotan, atau mengambil nira). Mengapa? Karena memang mereka pada waktu itu belum mengenal Kristus! Sesudah nenek moyang kita mengenal Kristus, mereka tentu melakukan segala aktivitas itu sesuai dengan iman Kristennya, termasuk menenun ulos!
3. PERGESERAN MAKNA ULOS
Masuknya Injil melalui para misionaris Jerman penjajahan Belanda harus diakui sedikit-banyak juga membawa pergeseran terhadap makna ulos. Nenek-moyang Batak mulai mencontoh berkostum seperti orang Eropah yaitu laki-laki berkemeja dan bercelana panjang dan perempuan Batak (walau lebih lambat) mulai mengenal gaun dan rok meniru pola berpakaian Barat. Ulos pun secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan sebagai kostum atau pakaian sehari-hari kecuali pada even-even tertentu. Ketika pengaruh Barat semakin merasuk ke dalam kehidupan Batak, penggunaan ulos sebagai pakaian sehari-hari semakin jarang. Apa akibatnya? Makna ulos sebagai kostum sehari-hari (pakaian) berkurang namun konsekuensinya ulos (karena jarang dipakai) jadi malah dianggap “keramat”. Karena lebih banyak disimpan ketimbang dipergunakan, maka ulos pun mendapat bumbu “magis” atau “keramat”. Sebagian orang pun mulai curiga kepada ulos sementara sebagian lagi menganggapnya benar-benar bertuah.
4. ULOS DAN KEKRISTENAN
Bolehkah orang Kristen menggunakan ulos? Bolehkah gereja menggunakan jenis kostum atau tekstil yang ditemukan masyarakat Batak pra-Kristen? Jawabannya sama dengan jawaban Rasul Paulus kepada jemaat Korintus: bolehkah kita menyantap daging yang dijual di pasar namun sudah dipersembahkan di kuil-kuil (atau jaman sekarang disembelih dengan doa dan kiblat agama tertentu)? Jawaban Rasul Paulus sangat tegas: boleh. Sebab makanan atau jenis pakaian tidak membuat kita semakin dekat atau jauh dari Kristus (II Korintus 8:1-11). Pertanyaan yang sama diajukan oleh orang Yahudi-Kristen di gereja Roma: bolehkah orang Kristen makan babi dan atau bercampur darah hewan dan semua jenis binatang yang diharamkan oleh kitab Imamat di Perjanjian Lama? Jawaban Rasul Paulus: boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal makanan atau minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus (Roma 14:17). Analoginya sama: bolehkah kita orang Kristen memakai ulos? Jawabnya : boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal kostum, jenis tekstil atau mode tertentu, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Sebagaimana telah dikatakan di atas, pada masa lalu ulos adalah medium (pengantara) pemberian berkat hula-hula kepada boru. Pada masa sekarang, bagi kita komunitas Kristen-Batak ulos bukan lagi medium, tetapi sekedar sebagai simbol atau tanda doa (permohonan berkat Tuhan) dan kasih hula-hula kepada boru. Dengan atau tanpa memberi ulos, hula-hula dapat berdoa kepada Allah dan Tuhan Yesus Kristus memohon berkat untuk borunya. Ulos adalah simbol doa dan kasih hula-hula kepada boru. Kedudukannya sama dengan simbol-simbol lainnya: bunga, cincin, sapu tangan, tongkat dll.
5. NILAI ULOS BAGI KITA ORANG KRISTEN MODEREN
Sebab itu bagi kita komunitas Kristen-Batak moderen ulos warisan leluhur itu tetap bernilai atau berharga minimal karena 4 (empat) hal:

Pertama: siapa yang memberikannya.
Ulos itu berharga karena orang yang memberikannya sangat kita hargai atau hormati. Ulos itu adalah pemberian mertua atau tulang atau hula-hula kita. Apapun yang diberikan oleh orang-orang yang sangat kita hormati dan menyayangi kita – ulos atau bukan ulos – tentu saja sangat berharga bagi kita.
Kedua: kapan diberikan. Ulos itu berharga karena waktu, even atau momen pemberiannya sangat penting bagi kita. Ulos itu mengingatkan kita kepada saat-saat khusus dalam hidup kita saat ulos itu diberikan: kelahiran, pernikahan, memasuki rumah dll. Apapun pemberian tanda yang mengingatkan kita kepada saat-saat khusus itu – ulos atau bukan ulos – tentu saja berharga bagi kita.

Ketiga: apa yang diberikan.
Ulos itu berharga karena tenunannya memang sangat khas dan indah. Ulos yang ditenun tangan tentu saja sangat berharga atau bernilai tinggi karena kita tahu itu lahir melalui proses pengerjaan yang sangat sulit dan memerlukan ketekunan dan ketrampilan khusus. Namun tidak bisa dipungkiri sekarang banyak sekali beredar ulos hasil mesin yang mutu tenunannya sangat rendah.
Keempat: pesan yang ada dibalik pemberian ulos. Selanjutnya ulos itu berharga karena dibalik pemberiannya ada pesan penting yang ingin disampaikan yaitu doa dan nasihat. Ketika orangtua atau mertua kita, atau paman atau ompung kita, menyampaikan ulos itu dia menyampaikan suatu doa, amanat dan nasihat yang tentu saja akan kita ingat saat kita mengenakan atau memandang ulos pemberiannya itu.
Disini kita tentu saja harus jujur dan kritis. Bagaimana mungkin kita menghargai ulos yang kita terima dari orang yang tidak kita kenal, pada waktu sembarangan secara masal, dengan kualitas tenunan asal-asalan? Tidak mungkin. Sebab itu komunitas Batak masa kini harus serius menolak trend atau kecenderungan sebagian orang “mengobral ulos”: memberi atau menerima ulos secara gampang. Ulos justru kehilangan makna karena terlalu gampang memberi atau menerimanya dan atau terlalu banyak. Bagaimana kita bisa menghargai ulos sebanyak tiga karung?
6. SIAPA MEMBERI – SIAPA MENERIMA?
Dalam Batak ulos adalah simbol pemberian dari pihak yang dianggap lebih tinggi kepada pihak yang dianggap lebih rendah. Namun keadaan kadang membingungkan. Ulos diberikan juga justru kepada orang yang dianggap pemimpin atau sangat dihormati. Dalam kultur Batak padahal ulos tidak pernah datang dari “bawah”. Lantas mengapa kita kadang memberi ulos kepada pejabat yang justru kita junjung, atau kepada pemimpin gereja yang sangat kita hormati? Bukankah merekalah yang seharusnya memberi ulos (mangulosi)? Kebiasaan memberi ulos kepada Kepala Negara atau Eforus (pimpinan gereja) selain mereduksi makna ulos juga sebenarnya merendahkan posisi kepala negara dan pemimpin gereja itu.
7. HANYA SALAH SATU CIRI KHAS
Ulos memang salah satu ciri khas Batak. Namun bukan satu-satunya ciri kebatakan. Bahkan sebenarnya ciri khas Batak yang terutama bukanlah ulos (kostum, tekstil), tetapi bius dan horja, demokrasi, parjambaran, kongsi dagang, dan dalihan na tolu. Posisi ulos menjadi sentral dan terlalu penting justru setelah budaya Batak mengalami reduksi yaitu diminimalisasi sekedar ritus atau seremoni pernikahan yang sangat konsumtif dan eksibisionis. Hanya dalam rituslah kostum atau tekstil menjadi dominan. Dalam aksi sosial atau perjuangan keadilan politik, ekonomi, sosial dan budaya kostum nomor dua. Inilah tantangan utama kita: mengembangkan wacana atau diskursus kebatakan kita yang lebih substantif atau signifikan bagi kemajuan masyarakat dan bukan sekadar meributkan asesori atau kostum belaka.
8. ULOS DITERIMA DENGAN CATATAN
Ekstrim pertama: Sebagian orang Kristen-Batak menolak ulosnya karena dianggap sumber kegelapan. Padahal darah Tuhan Yesus yang tercurah di Golgota telah menebus dan menguduskan tubuh dan jiwa serta kultur Batak kita. Ulos artinya telah boleh dipergunakan untuk memuliakan Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus.
Ekstrim yang lain: Sebagian orang Kristen-Batak mengeramatkan ulosnya. Mereka menganggap ulos itu keramat, tidak boleh dijual, tidak boleh dipakai. Mereka lupa bahwa Kristus-lah satu-satunya yang berkuasa dan boleh disembah, bukan warisan nenek moyang termasuk ulos.
Sikap kristiani: Tantangan bagi kita komunitas Kristen-Batak sekarang adalah menempatkan ulos pada proporsinya: kostum atau tekstil khas Batak. Tidak lebih tidak kurang. Bukan sakral dan bukan najis. Jangan ditolak dan jangan dikeramatkan! Jangan dibuang dan jangan cuma disimpan!
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Marga Batak Toba adalah marga pada Suku Batak Toba yang berasal dari daerah di Sumatera Utara, terutama berdiam di Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Laguboti, dan sekitarnya. Orang Batak selalu memiliki nama marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.
ASAL  USUL
Menurut kepercayaan bangsa Batak, induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan SorimangarajaSi Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.
Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak. Semua marga-marga ini dapat dilihat kedudukan dari Si Raja Batak di Tarombo.
Legenda mengenai bagaimana Si Raja Batak dapat disebut sebagai asal mula orang Batak masih perlu dikaji lebih dalam.
Sebenarnya Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tobasa, dan Samosir sekarang tidaklah semuanya Toba.Sejak masa Kerajaan Batak hingga pembagian wilayah yang didiami suku Batak ke dalam beberapa distrik oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar, yaitu: – Samosir (Pulau Samosir dan sekitarnya); contoh: marga Simbolon,Sagala, dsb – Toba (Balige, Laguboti,Porsea, Parsoburan, Sigumpar, dan sekitarnya); contoh: marga Sitorus, Marpaung, dsb – Humbang (Dolok Sanggul, Lintongnihuta, Siborongborong, dan sekitarnya); contoh: marga Simatupang Siburian, Sihombing Lumban Toruan, dsb – Silindung (Sipoholon, Tarutung, Pahae, dan sekitarnya); contoh: marga Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun), Huta Barat,dsb
HUBUNGAN ANTAR MARGA
Hubungan antar marga di masing-masing suku Batak berbeda jenisnya. Pada Suku Batak (Samosir-Toba-Humbang-Silindung) hubungan marga ini dapat dilihat dari asal muasal marga tersebut pada garis keturunan Raja Batak. Semakin dekat dengan Raja Batak, maka semakin dituakanlah marga tersebut.
Satu hal yang pasti, 2 orang yang bermarga sejenis (tidak harus sama) secara hukum adat tidak diperbolehkan untuk menikah. Pelanggaran terhadap hukum ini akan mendapat sangsi secara adat.
Tidak ada pengklasifikasian tertentu atas jenis-jenis marga ini, namun marga-marga biasanya sering dihubungkan dengan rumpunnya sebagaimana Bahasa Batak. Misalnya Simatupang merupakan perpaduan dari putranya marga Togatorop, Sianturi, dan Siburian yang ada di wilayah HUMBANG. Naipospos merupakan perpaduan dari kelima putranya yang secara berurutan, yaitu marga Sibagariang, Huta Uruk, Simanungkalit, Situmeang, dan Marbun yang berada di wilayah SILINDUNG, dan sebagainya.
TAROMBO
Silsilah atau tarombo merupakan cara orang batak menyimpan daftar silsilah marga mereka masing-masing dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai “orang Batak kesasar” (nalilu). Orang Batak khusunya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
Beberapa contoh artikel yang membahas tarombo dari marga-marga Batak yaitu:
  • Raja Naipospos, yang mempunyai lima putera dan menurunkan marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol
  • Si Opat Pusoran, yang menurunkan marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, Lumban Tobing
bentuk klan adalah berupa suatu kumpulan orang per orang yang mempunyai satu bapak dan bisa beberapa ibu, karena suku batak menganut parternalistik
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

https://baritanauli.files.wordpress.com/2011/03/danau_toba1.jpg?w=407&h=304
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Pengingkaran Marga, Sebuah Tragedi Kepribadian Mirip Kasus Si Malin Kundang.
agi
orang Batak, marga adalah warisan yang bernilai sangat tinggi. Marga
ibarat sebuah mahkota bagi seorang Batak (dalam tulisan singkat ini yang dibicarakan adalah Batak Toba), yang diwariskan leluhur secara alamiah (dengan sendirinya). Begitu seorang bayi Batak lahir, dia sudah langsung menyandang marga ayahnya, menurut sistem patrilineal yang dianut orang Batak. Dan itu sah, tidak akan ada suatu kekuatan apapun yang dapat mengingkarinya. Jika yang lahir adalah bayi laki-laki, maka dia menyandang marga ayahnya sebagai penerus marga ke generasi berikutnya.Dan kalau yang lahir bayi perempuan, dia juga akan menyandang marga ayahnya, meskipun (karena dia boru) marga itu tidak lagi berkelanjutan karena Batak tidak menganut sistem garis keibuan (matrilineal).
Ketika seorang boru Batak kawin dengan marga lain, status yang disandangnya menurut sistem Dalihan Natolu, adalah sebagai “boru” dan marga suaminya otomatis menjadi hula-hula. Makanya istilah ” na maranak marboru” di lingkungan Batak Toba, sangat strategis, tergantung konteks adat keseharian. Hari ini bisa dalam posisi boru, tapi lain waktu posisinya menjadi hula-hula atau dongan tubu. Bila yang melaksanakan hajatan adat adalah pihak marga saudara laki-laki, tentu posisi keluarga saudara perempuan adalah boru, dan pihak saudara laki-laki sebagai hula-hula. Hal itu suatu aturan yang absolut dalam frame (bingkai) Dalihan Natolu.
Karena itu, sekalipun seorang anak perempuan tidak mewariskan marganya pada keturunannya (karena Batak tidak menganut garis keibuan), bukan berarti marga itu tidak berarti. Karena dari marga seorang ibu lah yang kemudian menentukan adanya Bona ni ari, bona hula, bona tulang, atau tulang. Dan ketika satu saat seorang ibu/isteri meninggal dunia, pihak hula-hula itulah (sebagai yang empunya boru) yang berhak menyampaikan saput. Begitu pula ketika seorang ibu/isteri itu yang mabalu (menjanda) ditinggal suami yang meninggal, pihak hula-hula itu yang berhak mengenakan tujung baginya.
Dari uraian sederhana itu, jelas sekali makna strategis marga bagi perempuan Batak. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari, ketika dua orang pria Batak saling berkenalan, yang pertama sekali ditanya bukanlah apa pekerjaan atau dimana rumah, melainkan marga apa.Kemudian dalam konteks lebih detil, muncul pertanyaan yang biasa terdengar :” Ai boru aha ma dialap hamu” (boru apa orang rumah). Dari penyebutan marga orang rumah, dapat diketahui posisi menurut tarombo (silsilah Batak). Bila ternyata sama dengan marga si penanya, tentu si penanya berstatus hula-hula. Atau kadang bisa ditarik lagi dalam lingkup yang lebih luas, misalnya dari kesatuan marga tertentu.Apakah misalnya persamaan dari Si Raja Lontung, Si Bagot Ni Pohan, Parna, Oppu Tuan Somanimbil, Tuan Sihubil, dan sebagainya.

PENGINGKARAN MARGA
Dengan demikian, sangatlah mengejutkan dan mengherankan, tatkala suatu ketika kita mendengar ada seorang boru Batak tiba-tiba mengingkari marga aslinya menjadi marga yang lain. Tentu timbul pertanyaan, fenomena apakah itu gerangan? Apakah sekadar hanya kekeliruan, atau ketidakpahaman tentang makna marga, ataukah kesengajaan bermotif tertentu, ataukah ada factor penyebab lain yang dirahasiakan?
Contoh kasus, sebutlah demikian: Ada seorang ibu melahirkan bayi perempuan di satu tempat. Karena suaminya bermarga S, tentu otomatis sang bayi itu menyandang marga suami ibunya yang notabene adalah ayahnya. Dalam hal ini kita tidak berniat melontarkan suatu penyelidikan kritis bernuansa tanda tanya karena kita tidak ingin terperangkap melanggar kode etik. Lalu, pendek cerita tatkala umur sang bayi masih 4 hari, sang ayah meninggal dunia.Sebuah kenyataan pahit memang, tapi sering menimpa banyak bayi lain di dunia ini. Saat baru menghirup udara kehidupan, tak sempat mengenal sang ayah. Itu memang terasa pedih. Kisah sedih itu kemudian berganti warna. Menjelang usia si bayi menapak tahun ke 3, sang ibu menikah dengan lelaki marga lain, katakanlah marga P. Sejak saaat itu, otomatis si bayi boru S tadi dibesarkan dalam keluarga yang dipimpin marga P (istilah Batak “dipagodang-godang”). Apakah sejak saat itu, dalam kepribadian si anak sudah melekat kedekatan pada marga ayah tirinya, ataukah ada factor lain yang dirahasiakan, kurang jelas diketahui. Tapi diketahui kemudian, bahwa dalam proses keadministrasian si anak tidak ada tercantum penggunaan marga aslinya (S), hanya dicantumkan nama semata,apakah itu dalam surat baptis, surat sidi, atau ijajah-ijajah. Tapi kenapa? Tentu hanya orangtuanya yang tahu. Apakah itu bagian dari sebuah program tersendiri, kita juga kurang tahu.
Alkisah, si anak perempuan pun beranjak dewasa, sampai kemudian kawin dengan seorang pria yang kini menyandang posisi pemimpin masyarakat berskala kecil di satu desa di Kecamatan Sipoholon. Menyangkut proses adat keseharian berikutnya, termasuk mensyukuri kelahiran anak-anak dari perkawinan boru S tadi, pihak kerabat atau famili dekat seperti amanguda/inang uda atau tulangnya marga P, selalu terlibat. Itu pertanda bahwa si ibu benar-benar adalah boru S. Banyak saksi dari keluarga dekat yang masih hidup, dan siap memberi kesaksian untuk kebenaran soal marga itu.
Lalu masalah (ataukah ini bernama kemurtadan), muncul,tatkala ibu berstatus pendidik ini mau “mangadati” sesuai tuntutan adat Batak. Awalnya muncul rumor mengatakan, bahwa si ibu muda tidak bersedia memakai marganya semula (boru Simanjuntak) melainkan boru P. Tentu kalangan keluarga dari almarhum ayahnya maupun pihak keluarga dari ibunya marga Pardede, tercengang, tak habis pikir. Kenapa dia bersikap seperti itu? Apakah karena dia sejak kecil dalam ruang lingkup ayah tirinya marga P, menjadi alasan bahwa dia bukan lagi boru S melainkan boru P? Sebegitu gampangnya kah mengingkari dan merobah marga? Sebegitu rendahnya kah keperibadiannya sebagai boru Batak untuk menghapus sejarah yang melekat pada dirinya? Seribu satu pertanyaan pun muncul.
Lobbi atau pendekatan demi pendekatan sudah acap dilakukan pihak keluarga dekat dari ayah kandung ibu muda yang mengingkari marganya ini. Termasuk ke kalangan marga ayah tirinya. Tapi jawaban yang diterima, bersandar pada sikap “paku mati” dari yang bersangkutan, yang terus ngotot menyatakan dirinya bukan boru S tapi boru P. Sampai dekat hari H pesta adat mereka, jawaban tetap itu juga. Sudah paku mati, bahwa dia adalah boru P,bukan boru S.
Adalah M.Simanjuntak, amanguda kandung (adik ayah) pengingkar marganya itu, yang kesal amat menerima kenyataan pahit itu.” Banyak saksi hidup termasuk saya, bahwa dia adalah anak kandung dari abang saya. Kalau dia sekarang tidak lagi mengakuinya, yah biarlah dia yang menanggung dosa ingkarnya itu, tapi kalau kami tetap menganggapnya sebagai anak abang kami yang sudah meninggal”,ujar M.Simanjuntak menegaskan, seraya menguraikan silsilah mereka luar kepala.
Maka, apapun ceritanya, yang pasti pesta adat itu sudah berlangsung. Dan ibu muda boru S itu benar-benar diadati sebagai boru P, di sebuah desa tanggal 9 Juni yang lalu.
Tragiskah namanya, atau aneh, atau harus disebut luar biasa. Barangkali sebutan terakhir itu yang paling pantas mengomentari kasus ini. Sebuah studi kasus barangkali buat mereka yang dipercayakan mengemban masalah adat di Lembaga Adat Dalihan Natolu. Andaikata si ibu ingkar itu adalah boru sileban (istilah buat wanita dari suku diluar Batak), tentu masalahnya lain,ujar seorang tetua adat mengamati perkembangan kejadian itu. Sebab seorang wanita sileban bisa saja “diappu” (ditabalkan) bermarga tertentu, tanpa serumit penabalan seorang pria. Tetapi kalau seorang wanita Batak yang jelas bermarga lalu mengingkarinya serta beralih ke marga lain, itu sudah luar biasa, dan belum pernah terjadi dalam sejarah Batak.” Pengingkaran marga itu sama artinya pengingkaran terhadap keabsahan orangtua kandung, dan pengingkaran tentang keabsahan itu identik dengan kedurhakaan seperti yang terjadi pada hikayat Minangkabau Si Malin Kundang, atau dalam versi Batak Si Mardan na Mansoadahon Inana”, kata orangtua itu menganalisis.
Tetapi dalam konteks hikayat klasik Malin Kundang maupun Si Mardan, versinya beda. Si Malin misalnya (menurut versi cerita Minang), tega meniadakan ibu kandungnya hanya karena perasaan malu kalau dia punya ibu yang miskin di kampung. Malin adalah pria ambisius yang mau mengubur jati diri aslinya demi prestise dan demi cita-citanya menjadi orang terpandang. Akhir kisahnya tragis, dia dikutuk menjadi batu. Demikian halnya Si Mardan dalam legende Tapanuli. Kedua kisah itu memfokuskan figur ibu sebagai tokoh sentral yang menjadi korban kedurhakaan.
Sebaliknya dalam kasus wanita boru S yang berubah menjadi boru P tadi, justru dengan ibunya baik-baik saja. Yang diingkari bukan keberadaan ibu, melainkan keabsahan marga aslinya. Dan pengingkaran marga asli yang turun dari ayah, barangkali bisa dikonotasikan pengingkaran terhadap “keabsahan” sang ayah. Apakah ini bukan termasuk paradigma baru dari kisah kedurhakaan seperti Malin Kundang? Pertanyaan ini dapat dijawab siapapun juga menurut tafsir atau persepsi masing-masing. Ataukah ini boleh disebut ” sebuah tragedy kepribadian mirip Si Malin Kundang atau Si Mardan? Terserah.
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Konteks kehidupan suku batak sebelum injil masuk
Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempertahankan kebudayaanya, memegang teguh tradisi dan adat. Pada masa lampau orang batak tidak suka terhadap orang luar (Barat/’’sibontar mata’’) kerena mereka dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang berada di luar suku mereka adalah musuh, sebab masa itu sering terjadi perang antar suku. Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah berhala. Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa atau begu (setan) yang disembah, seperti ‘’begu djau’’ (dewa yang tidak dikenal orang ), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati), begu siherut(dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit),dll.
Suku Batak hidup dengan bercocok tanam, berternak hewan dan berladang. Hasil dari perternakan dan cocok tanam mereka jual ke pasar pada hari tertentu. Di pasar mereka melakukan transaksi untuk keperluan sehari-hari seperti membeli beras, garam, tembakau dll. Keadaan yang dinamis ini sering terusik oleh permusuhan antara satu kampung dengan kampung lainya. Tidak jarang permusuhan berakibat pembunuhan dan terjadi saling balas dendam turun-temurun. Jika di kampung terjadi wabah, seperti pes dan kolera, mereka akan meminta pertolongan Raja Sisingamangaraja yang berada di Bakkara. Raja Si Singamangaraja pun datang dan melakukan upacara untuk menolak bala dan kehancuran. Hampir semua roda kehidupan orang Suku Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa, kemudian menikah, memiliki anak hingga meninggal harus mengikuti ritual-ritual adat.

Masuknya penginjil ke tanah batak utusan pekabaran injil baptis Inggris
Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan Ward, Evans dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Kemudian Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat tinggal suku Batak yang masih kafir. Burton dan Ward menuruti petunjuk Raffles. Mereka pergi ke Utara, awalnnya mereka bekerja di pesisir, kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung-wilayah suku Batak Toba. Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan penduduk. Penduduk salah menafsir khotbah penginjil tersebut yang mengatakan kerajaan mereka harus menjadi lebih kecil, seperti anak kecil. Penduduk tidak suka hal ini maka para penginjil tersebut diusir pada tahun itu juga.
Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission
Kemudian tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang merupakan utusan gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The American Board of Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di Boston masuk ke Sumatera. Pada 17 Juni 1834 mereka tiba di Sibolga dan menetap beberapa hari di sana. Kemudian 23 Juni 1834 mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam perjalanan, ketika tiba di pinggir Lembah Silindung, malam hari 28 Juni 1834 mereka dihadang, ditangkap dan dibunuh di dekat Lobu Pining. Pembunuh penginjil tersebut adalah Raja Panggalamei (Raja di Pintubosi yang tinggal di Singkak) bersama dengan rakyatnya.
Penginjil utusan Rheinische Missions Geselschaf
Tahun 1840 seorang ilmuan berkebangsaan Jerman F. Junghuhn melakukan perjalanan ke daerah Batak dan kemudian menerbitkan karangan tentang suku Batak. Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab di Belanda, hingga mereka mengirim seorang ahli bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk (tuan yang berkecukupan). Van der Tuuk adalah orang Barat pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali. Ia juga orang Eropa pertama yang menatap Danau Toba dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Ia merasa senang berkomunikasi dan menyambut orang Batak di rumahnya. Van der tuuk memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli, langsung ke daerah pedalamannya. Untuk menunjang masukannya tersebut, ia menyusun sebuah kamus, mengumpulkan cerita, pribahasa, dan menerjemahkan Injil dan beberapa bagian Alkitab ke dalam bahasa Batak. Tahun 1857 pekabar Injil G Van Asselt utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda melakukan pelayanan di Tapanuli. Ia menembus beberapa pemuda dan memberi mereka pengajaran Kristiani, pada 31 Maret 1861 dua orang Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Tahun ini juga, tepatnya 07 Oktober 1961 diadakan rapat empat pendeta di Sipirok, yaitu Pdt. Heine, Pdt. Klemmer,(pendeta Jerman) dan Pdt. Betz, dan Pdt. Ansselt(Pendeta Belanda) untuk menyerahkan misi penginjilan kepada Rheinische Missions Geselschaf. Hari ini dianggap menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kemudian Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918) tiba di Padang pada tahun 1862. Ia menetap di Barus beberapa saat untuk belajar bahasa dan adat Batak dan Melayu. Ia tiba melalui badan Misi Rheinische Missions Geselschaf. Kemudian tahun 1864 ia masuk ke dearah Silindung, mula-mula di Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi kantor pusat HKBP).
Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing (Raja Batak Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa ia tidak bertanggung jawab atas keselamatannya. Pada awalnya Nommensen tidak diterima baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang lain yang tidak memelihara adat. Pada satu saat, diadakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban. Saat itu, Sibaso(Pengantara orang-orang halus) sesudah kerasukan roh menyuruh orang banyak untuk membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada saat itu hadir di situ. Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke permukaan dan berkata kepada orang banyak: Roh yang berbicara melalui orang itu sudah banyak memperdaya kalian. Itu bukan roh Siatas Barita, nenekmu, melainkan roh jahat. Masakan nenekmu menuntut darah salah satu dari keturunanya! Segera Sibaso jatuh ke tanah. Menghadapi keadaan yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut, hingga lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat tidak baik padanya. Pada satu malam ketika para raja berada di rumahnya hingga larut malam dan tertidur lelap, Nommensen mengambil selimut dan menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka terbangun dan merasa malu, melihat perbuatan baik Nommensen. Sikap penolakan raja batak ini disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen adalah perintisan dari pihak belanda.
Perkembangan kekristenan setelah Injil masuk
Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari kampung halamanya karena tidak mau memberi sumbangan untuk upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa mereka berkumpul pada satu kampung tersendiri, yaitu [Huta Dame] (kampung damai). Setelah tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah 1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudian 1881 jumlahnya naik lima kali lipat, hingga jumlah orang Batak yang masuk Kristen adalah sekitar 6.250 orang. Pada tahun 1918 sudah tercatat 185.731 orang Kristen di wilayah RMG Sumatera Utara. Tahun 1881 Nommensen diangkat menjadi menjadi Ephorus oleh RMG, jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal 23 Mei 1918. Suku batak memberi gelar kepada Nommensen dengan sebutan ‘’Ompu i’’ (Nenek Kita), gelar ini memposisikan Nommensen sama dengan Si Singamangaraja atau tokoh sakti lainya.



Archive for the ‘BATAK’ Category
Posted: 16/03/2011 in BATAK
0
1. HASIL PERADABAN
Ulos (lembar kain tenunan khas tradisional Batak) pada hakikatnya adalah hasil peradaban masyarakat Batak pada kurun waktu tertentu. Menurut catatan beberapa ahli ulos (baca: tekstil) sudah dikenal masyarakat Batak pada abad ke-14 sejalan dengan masuknya alat tenun tangan dari India. Hal itu dapat diartikan sebelum masuknya
alat tenun ke Tanah Batak masyarakat Batak belum mengenal ulos (tekstil). Itu artinya belum juga ada budaya memberi-menerima ulos (mangulosi). Kenapa? Karena nenek-moyang orang Batak masih mengenakan cawat kulit kayu atau tangki. Pertanyaan: lantas apakah yang diberikan hula-hula kepada boru pada jaman sebelum masyarakat Batak mengenal alat tenun dan tekstil tersebut?
Pertanyaan itu hendak menyadarkan komunitas Kristen-Batak untuk menempatkan ulos pada proporsinya. Ulos pada hakikatnya adalah hasil sebuah tingkat peradaban dalam suatu kurun sejarah. Ulos pada awalnya adalah pakaian sehari-hari masyarakat Batak sebelum datangnya pengaruh Barat. Perempuan Batak yang belum menikah melilitkannya di atas dada sedangkan perempuan yang sudah menikah dan punya anak atau laki-laki cukup melilitkannya di bawah dada (buha baju). Ulos juga dipakai untuk mendukung anak (parompa), selendang (sampe-sampe) dan selimut (ulos) di malam hari atau di saat kedinginan.
Dalam perkembangan sejarah nenek-moyang orang Batak mengangkat kostum atau tekstil (pakaian) sehari-hari ini menjadi simbol dan medium pemberian hula-hula kepada boru (pihak yang lebih dihormat kepada pihak yang lebih menghormat).
2. MAKNA AWAL
Secara spesifik pada masa pra-kekeristenan ulos atau tekstil sehari-hari itu dijadikan medium (perantara) pemberian berkat (pasu-pasu) dari mertua kepada menantu/ anak perempuan, kakek/nenek kepada cucu, paman (tulang) kepada bere, raja kepada rakyat. Sambil menyampaikan ulos pihak yang dihormati ini menyampaikan kata-kata berupa berkat (umpasa) dan pesan (tona) untuk menghangatkan jiwa si penerima. Ulos sebagai simbol kehangatan ini bermakna sangat kuat, mengingat kondisi Tanah Batak yang dingin. Dua lagi simbol kehangatan adalah: matahari dan api.
Bagi nenek-moyang Batak yang pra-Kristen selain ulos itu an sich yang memang penting, juga kata-kata (berkat atau pesan) yang ingin disampaikan melalui medium ulos itu. Kita juga mencatat secara kreatif nenek-moyang Batak juga menciptakan istilah ulos na so ra buruk (ulos yang tidak bisa lapuk), yaitu tanah atau sawah. Pada keadaan tertentu hula-hula dapat juga memberi sebidang tanah atau ulos yang tidak dapat lapuk itu kepada borunya. Selain itu juga dikenal istilah ulos na tinonun sadari (ulos yang ditenun dalam sehari) yaitu uang yang fungsinya dianggap sama dengan ulos.
Ulos yang panjangnya bisa mencapai kurang lebih 2 meter dengan lebar 70 cm (biasanya disambung agar dapat dipergunakan untuk melilit tubuh) ditenun dengan tangan. Waktu menenunnya bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan tergantung tingkat kerumitan motif. Biasanya para perempuan menenun ulos itu di bawah kolong rumah. Sebagaimana kebiasaan jaman dahulu mungkin saja para penenun pra-Kristen memiliki ketentuan khusus menenun yang terkait dengan kepercayaan lama mereka. Itu tidak mengherankan kita, sebab bukan cuma menenun yang terkait dengan agama asli Batak, namun seluruh even atau kegiatan hidup Batak pada jaman itu. (Yaitu: membangun rumah, membuat perahu, menanam padi, berdagang, memungut rotan, atau mengambil nira). Mengapa? Karena memang mereka pada waktu itu belum mengenal Kristus! Sesudah nenek moyang kita mengenal Kristus, mereka tentu melakukan segala aktivitas itu sesuai dengan iman Kristennya, termasuk menenun ulos!
3. PERGESERAN MAKNA ULOS
Masuknya Injil melalui para misionaris Jerman penjajahan Belanda harus diakui sedikit-banyak juga membawa pergeseran terhadap makna ulos. Nenek-moyang Batak mulai mencontoh berkostum seperti orang Eropah yaitu laki-laki berkemeja dan bercelana panjang dan perempuan Batak (walau lebih lambat) mulai mengenal gaun dan rok meniru pola berpakaian Barat. Ulos pun secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan sebagai kostum atau pakaian sehari-hari kecuali pada even-even tertentu. Ketika pengaruh Barat semakin merasuk ke dalam kehidupan Batak, penggunaan ulos sebagai pakaian sehari-hari semakin jarang. Apa akibatnya? Makna ulos sebagai kostum sehari-hari (pakaian) berkurang namun konsekuensinya ulos (karena jarang dipakai) jadi malah dianggap “keramat”. Karena lebih banyak disimpan ketimbang dipergunakan, maka ulos pun mendapat bumbu “magis” atau “keramat”. Sebagian orang pun mulai curiga kepada ulos sementara sebagian lagi menganggapnya benar-benar bertuah.
4. ULOS DAN KEKRISTENAN
Bolehkah orang Kristen menggunakan ulos? Bolehkah gereja menggunakan jenis kostum atau tekstil yang ditemukan masyarakat Batak pra-Kristen? Jawabannya sama dengan jawaban Rasul Paulus kepada jemaat Korintus: bolehkah kita menyantap daging yang dijual di pasar namun sudah dipersembahkan di kuil-kuil (atau jaman sekarang disembelih dengan doa dan kiblat agama tertentu)? Jawaban Rasul Paulus sangat tegas: boleh. Sebab makanan atau jenis pakaian tidak membuat kita semakin dekat atau jauh dari Kristus (II Korintus 8:1-11). Pertanyaan yang sama diajukan oleh orang Yahudi-Kristen di gereja Roma: bolehkah orang Kristen makan babi dan atau bercampur darah hewan dan semua jenis binatang yang diharamkan oleh kitab Imamat di Perjanjian Lama? Jawaban Rasul Paulus: boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal makanan atau minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus (Roma 14:17). Analoginya sama: bolehkah kita orang Kristen memakai ulos? Jawabnya : boleh saja. Sebab Kerajaan Allah bukan soal kostum, jenis tekstil atau mode tertentu, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Sebagaimana telah dikatakan di atas, pada masa lalu ulos adalah medium (pengantara) pemberian berkat hula-hula kepada boru. Pada masa sekarang, bagi kita komunitas Kristen-Batak ulos bukan lagi medium, tetapi sekedar sebagai simbol atau tanda doa (permohonan berkat Tuhan) dan kasih hula-hula kepada boru. Dengan atau tanpa memberi ulos, hula-hula dapat berdoa kepada Allah dan Tuhan Yesus Kristus memohon berkat untuk borunya. Ulos adalah simbol doa dan kasih hula-hula kepada boru. Kedudukannya sama dengan simbol-simbol lainnya: bunga, cincin, sapu tangan, tongkat dll.
5. NILAI ULOS BAGI KITA ORANG KRISTEN MODEREN
Sebab itu bagi kita komunitas Kristen-Batak moderen ulos warisan leluhur itu tetap bernilai atau berharga minimal karena 4 (empat) hal:

Pertama: siapa yang memberikannya.
Ulos itu berharga karena orang yang memberikannya sangat kita hargai atau hormati. Ulos itu adalah pemberian mertua atau tulang atau hula-hula kita. Apapun yang diberikan oleh orang-orang yang sangat kita hormati dan menyayangi kita – ulos atau bukan ulos – tentu saja sangat berharga bagi kita.
Kedua: kapan diberikan. Ulos itu berharga karena waktu, even atau momen pemberiannya sangat penting bagi kita. Ulos itu mengingatkan kita kepada saat-saat khusus dalam hidup kita saat ulos itu diberikan: kelahiran, pernikahan, memasuki rumah dll. Apapun pemberian tanda yang mengingatkan kita kepada saat-saat khusus itu – ulos atau bukan ulos – tentu saja berharga bagi kita.

Ketiga: apa yang diberikan.
Ulos itu berharga karena tenunannya memang sangat khas dan indah. Ulos yang ditenun tangan tentu saja sangat berharga atau bernilai tinggi karena kita tahu itu lahir melalui proses pengerjaan yang sangat sulit dan memerlukan ketekunan dan ketrampilan khusus. Namun tidak bisa dipungkiri sekarang banyak sekali beredar ulos hasil mesin yang mutu tenunannya sangat rendah.
Keempat: pesan yang ada dibalik pemberian ulos. Selanjutnya ulos itu berharga karena dibalik pemberiannya ada pesan penting yang ingin disampaikan yaitu doa dan nasihat. Ketika orangtua atau mertua kita, atau paman atau ompung kita, menyampaikan ulos itu dia menyampaikan suatu doa, amanat dan nasihat yang tentu saja akan kita ingat saat kita mengenakan atau memandang ulos pemberiannya itu.
Disini kita tentu saja harus jujur dan kritis. Bagaimana mungkin kita menghargai ulos yang kita terima dari orang yang tidak kita kenal, pada waktu sembarangan secara masal, dengan kualitas tenunan asal-asalan? Tidak mungkin. Sebab itu komunitas Batak masa kini harus serius menolak trend atau kecenderungan sebagian orang “mengobral ulos”: memberi atau menerima ulos secara gampang. Ulos justru kehilangan makna karena terlalu gampang memberi atau menerimanya dan atau terlalu banyak. Bagaimana kita bisa menghargai ulos sebanyak tiga karung?
6. SIAPA MEMBERI – SIAPA MENERIMA?
Dalam Batak ulos adalah simbol pemberian dari pihak yang dianggap lebih tinggi kepada pihak yang dianggap lebih rendah. Namun keadaan kadang membingungkan. Ulos diberikan juga justru kepada orang yang dianggap pemimpin atau sangat dihormati. Dalam kultur Batak padahal ulos tidak pernah datang dari “bawah”. Lantas mengapa kita kadang memberi ulos kepada pejabat yang justru kita junjung, atau kepada pemimpin gereja yang sangat kita hormati? Bukankah merekalah yang seharusnya memberi ulos (mangulosi)? Kebiasaan memberi ulos kepada Kepala Negara atau Eforus (pimpinan gereja) selain mereduksi makna ulos juga sebenarnya merendahkan posisi kepala negara dan pemimpin gereja itu.
7. HANYA SALAH SATU CIRI KHAS
Ulos memang salah satu ciri khas Batak. Namun bukan satu-satunya ciri kebatakan. Bahkan sebenarnya ciri khas Batak yang terutama bukanlah ulos (kostum, tekstil), tetapi bius dan horja, demokrasi, parjambaran, kongsi dagang, dan dalihan na tolu. Posisi ulos menjadi sentral dan terlalu penting justru setelah budaya Batak mengalami reduksi yaitu diminimalisasi sekedar ritus atau seremoni pernikahan yang sangat konsumtif dan eksibisionis. Hanya dalam rituslah kostum atau tekstil menjadi dominan. Dalam aksi sosial atau perjuangan keadilan politik, ekonomi, sosial dan budaya kostum nomor dua. Inilah tantangan utama kita: mengembangkan wacana atau diskursus kebatakan kita yang lebih substantif atau signifikan bagi kemajuan masyarakat dan bukan sekadar meributkan asesori atau kostum belaka.
8. ULOS DITERIMA DENGAN CATATAN
Ekstrim pertama: Sebagian orang Kristen-Batak menolak ulosnya karena dianggap sumber kegelapan. Padahal darah Tuhan Yesus yang tercurah di Golgota telah menebus dan menguduskan tubuh dan jiwa serta kultur Batak kita. Ulos artinya telah boleh dipergunakan untuk memuliakan Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus.
Ekstrim yang lain: Sebagian orang Kristen-Batak mengeramatkan ulosnya. Mereka menganggap ulos itu keramat, tidak boleh dijual, tidak boleh dipakai. Mereka lupa bahwa Kristus-lah satu-satunya yang berkuasa dan boleh disembah, bukan warisan nenek moyang termasuk ulos.
Sikap kristiani: Tantangan bagi kita komunitas Kristen-Batak sekarang adalah menempatkan ulos pada proporsinya: kostum atau tekstil khas Batak. Tidak lebih tidak kurang. Bukan sakral dan bukan najis. Jangan ditolak dan jangan dikeramatkan! Jangan dibuang dan jangan cuma disimpan!
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Marga Batak Toba adalah marga pada Suku Batak Toba yang berasal dari daerah di Sumatera Utara, terutama berdiam di Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Laguboti, dan sekitarnya. Orang Batak selalu memiliki nama marga/keluarga. Nama / marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus menerus.
ASAL  USUL
Menurut kepercayaan bangsa Batak, induk marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatea Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatea Bulan sendiri mempunyai 5 (lima) orang putra yakni Raja Uti (Raja Biakbiak), Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan SorimangarajaSi Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.
Dari keturunan (pinompar) mereka inilah kemudian menyebar ke segala penjuru daerah di Tapanuli baik ke utara maupun ke selatan sehingga munculah berbagai macam marga Batak. Semua marga-marga ini dapat dilihat kedudukan dari Si Raja Batak di Tarombo.
Legenda mengenai bagaimana Si Raja Batak dapat disebut sebagai asal mula orang Batak masih perlu dikaji lebih dalam.
Sebenarnya Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tobasa, dan Samosir sekarang tidaklah semuanya Toba.Sejak masa Kerajaan Batak hingga pembagian wilayah yang didiami suku Batak ke dalam beberapa distrik oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) bagian besar, yaitu: – Samosir (Pulau Samosir dan sekitarnya); contoh: marga Simbolon,Sagala, dsb – Toba (Balige, Laguboti,Porsea, Parsoburan, Sigumpar, dan sekitarnya); contoh: marga Sitorus, Marpaung, dsb – Humbang (Dolok Sanggul, Lintongnihuta, Siborongborong, dan sekitarnya); contoh: marga Simatupang Siburian, Sihombing Lumban Toruan, dsb – Silindung (Sipoholon, Tarutung, Pahae, dan sekitarnya); contoh: marga Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun), Huta Barat,dsb
HUBUNGAN ANTAR MARGA
Hubungan antar marga di masing-masing suku Batak berbeda jenisnya. Pada Suku Batak (Samosir-Toba-Humbang-Silindung) hubungan marga ini dapat dilihat dari asal muasal marga tersebut pada garis keturunan Raja Batak. Semakin dekat dengan Raja Batak, maka semakin dituakanlah marga tersebut.
Satu hal yang pasti, 2 orang yang bermarga sejenis (tidak harus sama) secara hukum adat tidak diperbolehkan untuk menikah. Pelanggaran terhadap hukum ini akan mendapat sangsi secara adat.
Tidak ada pengklasifikasian tertentu atas jenis-jenis marga ini, namun marga-marga biasanya sering dihubungkan dengan rumpunnya sebagaimana Bahasa Batak. Misalnya Simatupang merupakan perpaduan dari putranya marga Togatorop, Sianturi, dan Siburian yang ada di wilayah HUMBANG. Naipospos merupakan perpaduan dari kelima putranya yang secara berurutan, yaitu marga Sibagariang, Huta Uruk, Simanungkalit, Situmeang, dan Marbun yang berada di wilayah SILINDUNG, dan sebagainya.
TAROMBO
Silsilah atau tarombo merupakan cara orang batak menyimpan daftar silsilah marga mereka masing-masing dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai “orang Batak kesasar” (nalilu). Orang Batak khusunya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
Beberapa contoh artikel yang membahas tarombo dari marga-marga Batak yaitu:
  • Raja Naipospos, yang mempunyai lima putera dan menurunkan marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol
  • Si Opat Pusoran, yang menurunkan marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, Lumban Tobing
bentuk klan adalah berupa suatu kumpulan orang per orang yang mempunyai satu bapak dan bisa beberapa ibu, karena suku batak menganut parternalistik
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Di Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

https://baritanauli.files.wordpress.com/2011/03/danau_toba1.jpg?w=407&h=304
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Pengingkaran Marga, Sebuah Tragedi Kepribadian Mirip Kasus Si Malin Kundang.
agi
orang Batak, marga adalah warisan yang bernilai sangat tinggi. Marga
ibarat sebuah mahkota bagi seorang Batak (dalam tulisan singkat ini yang dibicarakan adalah Batak Toba), yang diwariskan leluhur secara alamiah (dengan sendirinya). Begitu seorang bayi Batak lahir, dia sudah langsung menyandang marga ayahnya, menurut sistem patrilineal yang dianut orang Batak. Dan itu sah, tidak akan ada suatu kekuatan apapun yang dapat mengingkarinya. Jika yang lahir adalah bayi laki-laki, maka dia menyandang marga ayahnya sebagai penerus marga ke generasi berikutnya.Dan kalau yang lahir bayi perempuan, dia juga akan menyandang marga ayahnya, meskipun (karena dia boru) marga itu tidak lagi berkelanjutan karena Batak tidak menganut sistem garis keibuan (matrilineal).
Ketika seorang boru Batak kawin dengan marga lain, status yang disandangnya menurut sistem Dalihan Natolu, adalah sebagai “boru” dan marga suaminya otomatis menjadi hula-hula. Makanya istilah ” na maranak marboru” di lingkungan Batak Toba, sangat strategis, tergantung konteks adat keseharian. Hari ini bisa dalam posisi boru, tapi lain waktu posisinya menjadi hula-hula atau dongan tubu. Bila yang melaksanakan hajatan adat adalah pihak marga saudara laki-laki, tentu posisi keluarga saudara perempuan adalah boru, dan pihak saudara laki-laki sebagai hula-hula. Hal itu suatu aturan yang absolut dalam frame (bingkai) Dalihan Natolu.
Karena itu, sekalipun seorang anak perempuan tidak mewariskan marganya pada keturunannya (karena Batak tidak menganut garis keibuan), bukan berarti marga itu tidak berarti. Karena dari marga seorang ibu lah yang kemudian menentukan adanya Bona ni ari, bona hula, bona tulang, atau tulang. Dan ketika satu saat seorang ibu/isteri meninggal dunia, pihak hula-hula itulah (sebagai yang empunya boru) yang berhak menyampaikan saput. Begitu pula ketika seorang ibu/isteri itu yang mabalu (menjanda) ditinggal suami yang meninggal, pihak hula-hula itu yang berhak mengenakan tujung baginya.
Dari uraian sederhana itu, jelas sekali makna strategis marga bagi perempuan Batak. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari, ketika dua orang pria Batak saling berkenalan, yang pertama sekali ditanya bukanlah apa pekerjaan atau dimana rumah, melainkan marga apa.Kemudian dalam konteks lebih detil, muncul pertanyaan yang biasa terdengar :” Ai boru aha ma dialap hamu” (boru apa orang rumah). Dari penyebutan marga orang rumah, dapat diketahui posisi menurut tarombo (silsilah Batak). Bila ternyata sama dengan marga si penanya, tentu si penanya berstatus hula-hula. Atau kadang bisa ditarik lagi dalam lingkup yang lebih luas, misalnya dari kesatuan marga tertentu.Apakah misalnya persamaan dari Si Raja Lontung, Si Bagot Ni Pohan, Parna, Oppu Tuan Somanimbil, Tuan Sihubil, dan sebagainya.

PENGINGKARAN MARGA
Dengan demikian, sangatlah mengejutkan dan mengherankan, tatkala suatu ketika kita mendengar ada seorang boru Batak tiba-tiba mengingkari marga aslinya menjadi marga yang lain. Tentu timbul pertanyaan, fenomena apakah itu gerangan? Apakah sekadar hanya kekeliruan, atau ketidakpahaman tentang makna marga, ataukah kesengajaan bermotif tertentu, ataukah ada factor penyebab lain yang dirahasiakan?
Contoh kasus, sebutlah demikian: Ada seorang ibu melahirkan bayi perempuan di satu tempat. Karena suaminya bermarga S, tentu otomatis sang bayi itu menyandang marga suami ibunya yang notabene adalah ayahnya. Dalam hal ini kita tidak berniat melontarkan suatu penyelidikan kritis bernuansa tanda tanya karena kita tidak ingin terperangkap melanggar kode etik. Lalu, pendek cerita tatkala umur sang bayi masih 4 hari, sang ayah meninggal dunia.Sebuah kenyataan pahit memang, tapi sering menimpa banyak bayi lain di dunia ini. Saat baru menghirup udara kehidupan, tak sempat mengenal sang ayah. Itu memang terasa pedih. Kisah sedih itu kemudian berganti warna. Menjelang usia si bayi menapak tahun ke 3, sang ibu menikah dengan lelaki marga lain, katakanlah marga P. Sejak saaat itu, otomatis si bayi boru S tadi dibesarkan dalam keluarga yang dipimpin marga P (istilah Batak “dipagodang-godang”). Apakah sejak saat itu, dalam kepribadian si anak sudah melekat kedekatan pada marga ayah tirinya, ataukah ada factor lain yang dirahasiakan, kurang jelas diketahui. Tapi diketahui kemudian, bahwa dalam proses keadministrasian si anak tidak ada tercantum penggunaan marga aslinya (S), hanya dicantumkan nama semata,apakah itu dalam surat baptis, surat sidi, atau ijajah-ijajah. Tapi kenapa? Tentu hanya orangtuanya yang tahu. Apakah itu bagian dari sebuah program tersendiri, kita juga kurang tahu.
Alkisah, si anak perempuan pun beranjak dewasa, sampai kemudian kawin dengan seorang pria yang kini menyandang posisi pemimpin masyarakat berskala kecil di satu desa di Kecamatan Sipoholon. Menyangkut proses adat keseharian berikutnya, termasuk mensyukuri kelahiran anak-anak dari perkawinan boru S tadi, pihak kerabat atau famili dekat seperti amanguda/inang uda atau tulangnya marga P, selalu terlibat. Itu pertanda bahwa si ibu benar-benar adalah boru S. Banyak saksi dari keluarga dekat yang masih hidup, dan siap memberi kesaksian untuk kebenaran soal marga itu.
Lalu masalah (ataukah ini bernama kemurtadan), muncul,tatkala ibu berstatus pendidik ini mau “mangadati” sesuai tuntutan adat Batak. Awalnya muncul rumor mengatakan, bahwa si ibu muda tidak bersedia memakai marganya semula (boru Simanjuntak) melainkan boru P. Tentu kalangan keluarga dari almarhum ayahnya maupun pihak keluarga dari ibunya marga Pardede, tercengang, tak habis pikir. Kenapa dia bersikap seperti itu? Apakah karena dia sejak kecil dalam ruang lingkup ayah tirinya marga P, menjadi alasan bahwa dia bukan lagi boru S melainkan boru P? Sebegitu gampangnya kah mengingkari dan merobah marga? Sebegitu rendahnya kah keperibadiannya sebagai boru Batak untuk menghapus sejarah yang melekat pada dirinya? Seribu satu pertanyaan pun muncul.
Lobbi atau pendekatan demi pendekatan sudah acap dilakukan pihak keluarga dekat dari ayah kandung ibu muda yang mengingkari marganya ini. Termasuk ke kalangan marga ayah tirinya. Tapi jawaban yang diterima, bersandar pada sikap “paku mati” dari yang bersangkutan, yang terus ngotot menyatakan dirinya bukan boru S tapi boru P. Sampai dekat hari H pesta adat mereka, jawaban tetap itu juga. Sudah paku mati, bahwa dia adalah boru P,bukan boru S.
Adalah M.Simanjuntak, amanguda kandung (adik ayah) pengingkar marganya itu, yang kesal amat menerima kenyataan pahit itu.” Banyak saksi hidup termasuk saya, bahwa dia adalah anak kandung dari abang saya. Kalau dia sekarang tidak lagi mengakuinya, yah biarlah dia yang menanggung dosa ingkarnya itu, tapi kalau kami tetap menganggapnya sebagai anak abang kami yang sudah meninggal”,ujar M.Simanjuntak menegaskan, seraya menguraikan silsilah mereka luar kepala.
Maka, apapun ceritanya, yang pasti pesta adat itu sudah berlangsung. Dan ibu muda boru S itu benar-benar diadati sebagai boru P, di sebuah desa tanggal 9 Juni yang lalu.
Tragiskah namanya, atau aneh, atau harus disebut luar biasa. Barangkali sebutan terakhir itu yang paling pantas mengomentari kasus ini. Sebuah studi kasus barangkali buat mereka yang dipercayakan mengemban masalah adat di Lembaga Adat Dalihan Natolu. Andaikata si ibu ingkar itu adalah boru sileban (istilah buat wanita dari suku diluar Batak), tentu masalahnya lain,ujar seorang tetua adat mengamati perkembangan kejadian itu. Sebab seorang wanita sileban bisa saja “diappu” (ditabalkan) bermarga tertentu, tanpa serumit penabalan seorang pria. Tetapi kalau seorang wanita Batak yang jelas bermarga lalu mengingkarinya serta beralih ke marga lain, itu sudah luar biasa, dan belum pernah terjadi dalam sejarah Batak.” Pengingkaran marga itu sama artinya pengingkaran terhadap keabsahan orangtua kandung, dan pengingkaran tentang keabsahan itu identik dengan kedurhakaan seperti yang terjadi pada hikayat Minangkabau Si Malin Kundang, atau dalam versi Batak Si Mardan na Mansoadahon Inana”, kata orangtua itu menganalisis.
Tetapi dalam konteks hikayat klasik Malin Kundang maupun Si Mardan, versinya beda. Si Malin misalnya (menurut versi cerita Minang), tega meniadakan ibu kandungnya hanya karena perasaan malu kalau dia punya ibu yang miskin di kampung. Malin adalah pria ambisius yang mau mengubur jati diri aslinya demi prestise dan demi cita-citanya menjadi orang terpandang. Akhir kisahnya tragis, dia dikutuk menjadi batu. Demikian halnya Si Mardan dalam legende Tapanuli. Kedua kisah itu memfokuskan figur ibu sebagai tokoh sentral yang menjadi korban kedurhakaan.
Sebaliknya dalam kasus wanita boru S yang berubah menjadi boru P tadi, justru dengan ibunya baik-baik saja. Yang diingkari bukan keberadaan ibu, melainkan keabsahan marga aslinya. Dan pengingkaran marga asli yang turun dari ayah, barangkali bisa dikonotasikan pengingkaran terhadap “keabsahan” sang ayah. Apakah ini bukan termasuk paradigma baru dari kisah kedurhakaan seperti Malin Kundang? Pertanyaan ini dapat dijawab siapapun juga menurut tafsir atau persepsi masing-masing. Ataukah ini boleh disebut ” sebuah tragedy kepribadian mirip Si Malin Kundang atau Si Mardan? Terserah.
Posted: 15/03/2011 in BATAK
0
Konteks kehidupan suku batak sebelum injil masuk
Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempertahankan kebudayaanya, memegang teguh tradisi dan adat. Pada masa lampau orang batak tidak suka terhadap orang luar (Barat/’’sibontar mata’’) kerena mereka dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang berada di luar suku mereka adalah musuh, sebab masa itu sering terjadi perang antar suku. Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah berhala. Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa atau begu (setan) yang disembah, seperti ‘’begu djau’’ (dewa yang tidak dikenal orang ), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati), begu siherut(dewa yang membuat orang kurus tinggal kulit),dll.
Suku Batak hidup dengan bercocok tanam, berternak hewan dan berladang. Hasil dari perternakan dan cocok tanam mereka jual ke pasar pada hari tertentu. Di pasar mereka melakukan transaksi untuk keperluan sehari-hari seperti membeli beras, garam, tembakau dll. Keadaan yang dinamis ini sering terusik oleh permusuhan antara satu kampung dengan kampung lainya. Tidak jarang permusuhan berakibat pembunuhan dan terjadi saling balas dendam turun-temurun. Jika di kampung terjadi wabah, seperti pes dan kolera, mereka akan meminta pertolongan Raja Sisingamangaraja yang berada di Bakkara. Raja Si Singamangaraja pun datang dan melakukan upacara untuk menolak bala dan kehancuran. Hampir semua roda kehidupan orang Suku Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa, kemudian menikah, memiliki anak hingga meninggal harus mengikuti ritual-ritual adat.

Masuknya penginjil ke tanah batak utusan pekabaran injil baptis Inggris
Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan Ward, Evans dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menjumpai Raffles. Kemudian Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat tinggal suku Batak yang masih kafir. Burton dan Ward menuruti petunjuk Raffles. Mereka pergi ke Utara, awalnnya mereka bekerja di pesisir, kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung-wilayah suku Batak Toba. Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan penduduk. Penduduk salah menafsir khotbah penginjil tersebut yang mengatakan kerajaan mereka harus menjadi lebih kecil, seperti anak kecil. Penduduk tidak suka hal ini maka para penginjil tersebut diusir pada tahun itu juga.
Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission
Kemudian tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang merupakan utusan gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The American Board of Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di Boston masuk ke Sumatera. Pada 17 Juni 1834 mereka tiba di Sibolga dan menetap beberapa hari di sana. Kemudian 23 Juni 1834 mereka berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam perjalanan, ketika tiba di pinggir Lembah Silindung, malam hari 28 Juni 1834 mereka dihadang, ditangkap dan dibunuh di dekat Lobu Pining. Pembunuh penginjil tersebut adalah Raja Panggalamei (Raja di Pintubosi yang tinggal di Singkak) bersama dengan rakyatnya.
Penginjil utusan Rheinische Missions Geselschaf
Tahun 1840 seorang ilmuan berkebangsaan Jerman F. Junghuhn melakukan perjalanan ke daerah Batak dan kemudian menerbitkan karangan tentang suku Batak. Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab di Belanda, hingga mereka mengirim seorang ahli bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk (tuan yang berkecukupan). Van der Tuuk adalah orang Barat pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali. Ia juga orang Eropa pertama yang menatap Danau Toba dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Ia merasa senang berkomunikasi dan menyambut orang Batak di rumahnya. Van der tuuk memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli, langsung ke daerah pedalamannya. Untuk menunjang masukannya tersebut, ia menyusun sebuah kamus, mengumpulkan cerita, pribahasa, dan menerjemahkan Injil dan beberapa bagian Alkitab ke dalam bahasa Batak. Tahun 1857 pekabar Injil G Van Asselt utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda melakukan pelayanan di Tapanuli. Ia menembus beberapa pemuda dan memberi mereka pengajaran Kristiani, pada 31 Maret 1861 dua orang Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Tahun ini juga, tepatnya 07 Oktober 1961 diadakan rapat empat pendeta di Sipirok, yaitu Pdt. Heine, Pdt. Klemmer,(pendeta Jerman) dan Pdt. Betz, dan Pdt. Ansselt(Pendeta Belanda) untuk menyerahkan misi penginjilan kepada Rheinische Missions Geselschaf. Hari ini dianggap menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kemudian Ludwig Ingwer Nommensen (1834-1918) tiba di Padang pada tahun 1862. Ia menetap di Barus beberapa saat untuk belajar bahasa dan adat Batak dan Melayu. Ia tiba melalui badan Misi Rheinische Missions Geselschaf. Kemudian tahun 1864 ia masuk ke dearah Silindung, mula-mula di Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi kantor pusat HKBP).
Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing (Raja Batak Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa ia tidak bertanggung jawab atas keselamatannya. Pada awalnya Nommensen tidak diterima baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang lain yang tidak memelihara adat. Pada satu saat, diadakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban. Saat itu, Sibaso(Pengantara orang-orang halus) sesudah kerasukan roh menyuruh orang banyak untuk membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada saat itu hadir di situ. Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke permukaan dan berkata kepada orang banyak: Roh yang berbicara melalui orang itu sudah banyak memperdaya kalian. Itu bukan roh Siatas Barita, nenekmu, melainkan roh jahat. Masakan nenekmu menuntut darah salah satu dari keturunanya! Segera Sibaso jatuh ke tanah. Menghadapi keadaan yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut, hingga lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat tidak baik padanya. Pada satu malam ketika para raja berada di rumahnya hingga larut malam dan tertidur lelap, Nommensen mengambil selimut dan menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka terbangun dan merasa malu, melihat perbuatan baik Nommensen. Sikap penolakan raja batak ini disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen adalah perintisan dari pihak belanda.
Perkembangan kekristenan setelah Injil masuk
Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari kampung halamanya karena tidak mau memberi sumbangan untuk upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa mereka berkumpul pada satu kampung tersendiri, yaitu [Huta Dame] (kampung damai). Setelah tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah 1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudian 1881 jumlahnya naik lima kali lipat, hingga jumlah orang Batak yang masuk Kristen adalah sekitar 6.250 orang. Pada tahun 1918 sudah tercatat 185.731 orang Kristen di wilayah RMG Sumatera Utara. Tahun 1881 Nommensen diangkat menjadi menjadi Ephorus oleh RMG, jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal 23 Mei 1918. Suku batak memberi gelar kepada Nommensen dengan sebutan ‘’Ompu i’’ (Nenek Kita), gelar ini memposisikan Nommensen sama dengan Si Singamangaraja atau tokoh sakti lainya.

 
2012 welcome to RONI girsang blog | Blogger Templates for HostGator Coupon Code Sponsors: WooThemes Coupon Code, Rockable Press Discount Code